Menghadapi Ketidakpastian
Menghadapi Ketidakpastian
Saudara ayat ini merupakan bagian dari surat yang dikirim kepada orang-orang
Israel yang berada dalam pembuangan di Babel (sekitar tahun 586 SM). Mereka adalah
orang-orang Israel yang dulu pernah hidup dengan nyaman di tanah perjanjian
tapi akibat ketidaktaatan mereka dijajah dan menjadi budak. Pembuangan ini
terjadi pada masa pemerintahan Raja Nebukadnezar di mana ia menghancurkan
Yerusalem dan menawan banyak orang Israel. Surat yang ditulis nabi Yeremia ini
berisi pesan penghiburan dan juga peringatan agar umat Israel tetap hidup setia
kepada Allah selama masa pembuangan tersebut. Allah meminta mereka untuk
menerima keadaan pembuangan ini sebagai bagian dari rencana-Nya yang lebih
besar. Meskipun hal itu berarti mereka harus menunggu selama 70 tahun sebelum
dapat kembali ke tanah mereka (ayt. 10).
Pada saat menerima surat ini orang Israel berada dalam kondisi kesedihan mendalam,
krisis iman dan keputusasaan. Ketika diusir dari tanah perjanjian, mereka
mengalami rasa kehilangan yang sangat dalam. Secara fisik mereka kehilangan
kenyamanan untuk hidup. Sedangkan secara spiritual kehilangan tanah berarti kehilangan identitas
mereka sebagai umat pilihan Allah. Selain itu, runtuhnya Bait Allah sebagai
simbol kehadiran Allah dan menjadi orang buangan di Babel membuat mereka
mempertanyakan kesetiaan Allah. Dalam krisis iman ini mereka mungkin berpikir
bahwa Allah tidak lebih hebat dibandingkan dengan dewa-dewa lain. Kemudian,
hidup sebagai orang buangan di negeri asing tentu membuat mereka berada dalam
situasi yang tidak pasti. Karena mereka tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi
di masa depan. Di tengah situasi sulit ini, Allah berbicara melalui nabi
Yeremia untuk mengarahkan mereka pada pengharapan baru. Allah berjanji akan membawa mereka kembali
ke tanah perjanjian, memulihkan hubungan dengan Allah dan memberikan masa depan
yang lebih baik. Namun hal ini membutuhkan proses yang panjang dan menuntut
kesabaran dan perubahan hidup dari mereka.
Saudara, ketidakpastian yang dialami oleh orang Israel dalam masa-masa pembuangan
seringkali juga kita alami. Terutama bagi kita yang sedang berhadapan dengan
moment tahun baru. Banyak orang menghadapi perasaan ragu, cemas atau takut akan
hal-hal yang tidak diketahui baik itu terkait pekerjaan, kesehatan, hubungan
atau masa depan secara keseluruhan. Namun ayat ini mengingatkan bahwa Allah
sudah menyiapkan rencana yang baik untuk hidup kita. Tugas kita adalah
mempercayai Dia dan mengikuti kehendak-Nya dengan taat. Marilah kita meminta
kekuatan dan bimbingan dari Tuhan sehingga di tahun yang baru ini kita tetap
dapat menjalaninya dengan iman dan pengharapan kepada Allah.
Saudara, ketidakpastian apakah yang sedang saudara
hadapi di tahun baru ini? Mari bawa semua kepada Tuhan di dalam doa. Kiranya
Tuhan memberikan kekuatan agar kita dapat menghadapi tahun baru dengan hati
yang penuh syukur karena Ia sudah menyertai kita di tahun sebelumnya. Dan
kiranya Tuhan memberikan kita kemampuan untuk mempercayai rancangan-Nya yang
selalu baik di tahun ini. (MS)
Komentar
Posting Komentar