Yesus dielu-elukan di Yerusalem

Jumat, 4 Februari 2022
Yesus dielu-elukan di Yerusalem
Bacaan Alkitab: Lukas 19: 28-44

 Lukas 19: 28-44 yang baru saja kita baca berisi tentang Yesus yang mendahului para murid pergi ke Yerusalem setelah mengajar perumpamaan tentang uang mina. Ketika sampai di dekat Betfage dan Betania, Ia meminta murid-muridNya untuk mencari seekor keledai untuk Ia tumpangi dalam perjalanan menuju Yerusalem. Setelah para murid mendapatkannya mereka mengalasinya dengan pakaian mereka dan meminta Yesus untuk duduk diatasnya. Dan selama perjalanan menuju Yerusalem, para murid memuji dan bersorak saat melihat Yesus mengendarai seekor keledai dan menyebutNya sebagai “Raja” (ay. 38). 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Yesus hidup dalam kesederhanaanNya, Ia tidak dapat menutupi kemuliaanNya sebagai Raja dan Tuhan sehingga banyak orang memuji, bersorak sorai dan menyembahNya. Bahkan, para murid membentangkan pakaian mereka diatas jalan yang dilalui Yesus sebagai wujud pemujaan kepada Yesus sebagai Tuhan. Saat melihat hal tersebut, orang Farisi meminta Yesus menghentikan para murid untuk bersorak sorai (sebab menggangu dalam pandangan dan pendengaran mereka). Tetapi, Yesus menjawab, “…Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak (ay. 40). 

 Puncak dari kisah ini menurut injil Lukas adalah tentang saat ketika Yesus telah dekat Yerusalem dan melihat kota tersebut. Dalam sekejap, Ia menangisi kota tersebut dan mulai menyatakan penghukuman atasnya. Yerusalem adalah kota tempat Bait Allah dibangun tetapi kota yang paling banyak membunuh nabi dan para utusan Tuhan sebagai wujud ketidakpercayaan mereka pada Allah. Hal ini menimbulkan belas kasihan dalam diri Yesus sebab Ia mengingat kembali bahwa di kota inilah dahulu Ia pertama kali belajar hukum taurat dan bertukar pendapat dengan para ahli taurat (Luk. 2: 41-52). Dan tangisan Yesus atas Yerusalem disebabkan karena meskipun dalam kota ini banyak orang mempelajari hukum taurat, tetapi Yesus melihat tidak ada damai sejahtera atas Yerusalem sebab dosa, pemberontakan kepada Allah, bersikap membenarkan diri sendiri, penuh prasangka dan keegoisan. 

Saudara, dari kisah ini kita dapat mempelajari bahwa sumber damai sejahtera adalah mengambil keputusan untuk hidup kudus ( tanpa pembenaran diri, dosa, prasangka, keinginan diri sendiri). Oleh sebab itu, setelah kelahiran baru mari bertumbuh dalam kekudusan hidup yang dicerminkan oleh sikap hati yang lembut, mau diajar oleh firmanNya dan taat kepada perintah-perintahNya.

Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, bagaimana kehidupan kita setelah mengikut Kristus? Sudahkah kita bertumbuh dalam kekudusanNya? Jika belum. Mari berdoa dan memohon kekuatan kepada Allah agar Ia senantiasa memampukan kita untuk bertumbuh dalam ketaatan kepadaNya. -THELIE HERLINA-

Hidup dalam Kekudusan adalah Ciri Pertumbuhan Seorang Murid Kristus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus membawa pemisahan bagaimana mengikut Yesus

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Abram dan Lot Berpisah (2)