Rehat Dari Dunia, Dekat Kepada Surga

Jumat, 19 Desember 2025
Rehat Dari Dunia, Dekat Kepada Surga

Bacaan Alkitab : Keluaran 31 : 15-17


Keluaran 31:15–17 muncul di bagian akhir instruksi Allah tentang pembangunan Kemah Suci. Setelah memberikan perintah yang sangat detail tentang bahan, ukuran, fungsi perlengkapan, dan orang-orang yang ditugaskan, Tuhan menutup semuanya dengan sebuah penegasan yaitu: Sabat tidak boleh dilanggar. Sabat mematahkan ilusi bahwa dunia akan runtuh jika mereka tidak mengerjakan sesuatu. Sabat mengajarkan bahwa keamanan hidup bukan berasal dari kerja tanpa henti, tetapi dari Allah yang menjaga mereka bahkan ketika mereka tidak melakukan apa pun. Para sarjana Alkitab seperti Keil & Delitzsch menjelaskan bahwa kisah Allah berhenti (Kej.2:2)  adalah bahasa manusia untuk menggambarkan kegenapan dan kepuasan karya-Nya. Allah berhenti karena semuanya cukup. Dan kini Ia mengajarkan umat-Nya bahwa mereka pun harus belajar merasakan kecukupan itu. Sabat menjadi napas bagi jiwa bukan sekadar istirahat tubuh, tetapi pemulihan batin. Sabat adalah kesempatan untuk masuk dalam perhentian rohani, bayangan dari damai yang nanti kita temukan sepenuhnya saat Kristus datang kembali.

Di dunia kita hari ini, ritme itu semakin hilang. Dunia modern memfavoritkan kecepatan. Produktivitas dijadikan identitas. Orang merasa harus terus bekerja agar “aman.” Banyak pelayan Tuhan, pekerja rohani, bahkan kreator rohani merasa tidak boleh berhenti — seakan pelayanan akan runtuh tanpa mereka. Tetapi Sabat berbicara dengan lembut namun tegas:

·         manusia bukan mesin,

·         pelayanan bukan segalanya,

·         burnout bukan buah Roh Kudus,

·         berhenti tidak membuat Allah berhenti bekerja.

Dan hingga hari ini, Sabat tetap menjadi undangan yang sama bagi kita: Berhentilah, Bernapaslah, Ijinkan Allah bekerja ketika kau berhenti. Sabat selalu menjadi undangan lembut dari Tuhan—undangan untuk pulang. Pulang dari kesibukan, pulang dari tekanan, pulang dari ritme dunia yang membuat kita lupa bernapas.

Ketika kita berhenti, kita menemukan bahwa Allah tidak pernah berhenti bekerja. Ketika kita melepaskan kontrol, kita melihat bahwa hidup kita tetap aman di tangan-Nya. Ketika kita duduk diam di hadapan-Nya, kita merasakan bahwa identitas kita tidak pernah ditentukan oleh produktivitas, tetapi oleh kasih-Nya.

Saudara, Apakah kita sering mengorbankan waktu bersama Tuhan demi pekerjaan atau kesibukan lain? Biarlah kiranya kita belajar memasuki ritme Sabat yang Tuhan tetapkan yaitu berhenti sejenak, menyerahkan kendali, dan menemukan kembali damai yang hanya hadir ketika kita diam di hadapan-Nya. Kiranya setiap perhentian membawa jiwa kita pulih, dan menjadikan Allah kembali sebagai pusat seluruh hidup dan pekerjaan kita. (FS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah