Rehat Dari Dunia, Dekat Kepada Surga
Rehat Dari Dunia, Dekat Kepada Surga
Bacaan
Alkitab : Keluaran 31 : 15-17
Keluaran
31:15–17 muncul di bagian akhir instruksi Allah tentang pembangunan Kemah Suci.
Setelah memberikan perintah yang sangat detail tentang bahan, ukuran, fungsi
perlengkapan, dan orang-orang yang ditugaskan, Tuhan menutup semuanya dengan
sebuah penegasan yaitu: Sabat tidak boleh dilanggar. Sabat
mematahkan ilusi bahwa dunia akan runtuh jika mereka tidak mengerjakan sesuatu.
Sabat mengajarkan bahwa keamanan hidup bukan berasal dari kerja tanpa henti,
tetapi dari Allah yang menjaga mereka bahkan ketika mereka tidak melakukan apa
pun. Para sarjana Alkitab
seperti Keil & Delitzsch menjelaskan bahwa kisah Allah berhenti (Kej.2:2) adalah bahasa manusia untuk
menggambarkan kegenapan dan kepuasan karya-Nya. Allah berhenti karena
semuanya cukup. Dan kini Ia
mengajarkan umat-Nya bahwa mereka pun harus belajar merasakan kecukupan itu.
Sabat menjadi napas bagi jiwa bukan sekadar istirahat tubuh, tetapi pemulihan
batin. Sabat adalah kesempatan untuk
masuk dalam perhentian
rohani, bayangan dari damai yang nanti kita temukan sepenuhnya saat
Kristus datang kembali.
Di dunia kita hari ini, ritme itu semakin hilang. Dunia modern memfavoritkan kecepatan.
Produktivitas dijadikan identitas. Orang merasa harus terus bekerja agar
“aman.” Banyak pelayan Tuhan, pekerja rohani, bahkan kreator rohani merasa
tidak boleh berhenti — seakan pelayanan akan runtuh tanpa mereka. Tetapi
Sabat berbicara dengan lembut namun tegas:
·
manusia
bukan mesin,
·
pelayanan
bukan segalanya,
·
burnout
bukan buah Roh Kudus,
·
berhenti
tidak membuat Allah berhenti bekerja.
Dan
hingga hari ini, Sabat tetap menjadi undangan yang sama bagi kita: Berhentilah,
Bernapaslah, Ijinkan Allah bekerja ketika kau berhenti. Sabat
selalu menjadi undangan lembut dari Tuhan—undangan untuk pulang. Pulang dari
kesibukan, pulang dari tekanan, pulang dari ritme dunia yang membuat kita lupa
bernapas.
Ketika kita berhenti,
kita menemukan bahwa Allah tidak pernah berhenti bekerja. Ketika kita
melepaskan kontrol, kita melihat bahwa hidup kita tetap aman di tangan-Nya. Ketika
kita duduk diam di hadapan-Nya, kita merasakan bahwa identitas kita tidak
pernah ditentukan oleh produktivitas, tetapi oleh kasih-Nya.
Saudara, Apakah
kita sering mengorbankan waktu bersama Tuhan demi pekerjaan atau kesibukan
lain? Biarlah
kiranya kita belajar memasuki ritme Sabat yang
Tuhan tetapkan yaitu berhenti sejenak, menyerahkan kendali, dan menemukan
kembali damai yang hanya hadir ketika kita diam di hadapan-Nya. Kiranya setiap
perhentian membawa jiwa kita pulih, dan menjadikan Allah kembali sebagai pusat
seluruh hidup dan pekerjaan kita. (FS)

Komentar
Posting Komentar