Nama yang Membuka Hati Kita Akan Hadirnya Allah

Sabtu, 27 Desember 2025
Nama yang Membuka Hati Kita Akan Hadirnya Allah
Bacaan Alkitab : Matius 1 : 23

Ketika malaikat menyampaikan kabar kepada Yusuf bahwa anak yang dikandung Maria akan disebut Imanuel, itu bukan sekadar pemberian nama yang indah atau bernuansa religius. Dalam tradisi Ibrani, nama bukan hanya identitas—nama adalah penyingkapan karakter, tujuan, dan karya Allah. Karena itu, ketika Yesus disebut Imanuel, maknanya jauh melampaui huruf-huruf yang membentuknya. Nama ini memuat salah satu deklarasi terbesar dalam seluruh Alkitab: Allah beserta kita. Di Perjanjian Lama, kehadiran Allah sering ditandai melalui simbol—kemah pertemuan, tabut perjanjian, tiang awan dan api. Kehadiran-Nya tampak, tetapi tetap  terdapat jarak antara Allah yang Kudus dan manusia yang berdosa. Sehingga manusia tidak dapat mendekati Allah, tanpa adanya ritual. Namun Matius 1:23 membawa sebuah perubahan dramatis dalam sejarah keselamatan. Untuk pertama kalinya, Allah tidak hanya “menyertai” dari kejauhan, tetapi Dia juga masuk ke dalam dunia manusia. Ia menjadi daging, tinggal di antara kita, dan mengikat diri dalam pengalaman manusia: lahir, bertumbuh, bekerja, menangis, merasa lapar, dan menderita.

Imanuel berarti Allah tidak lagi jauh. Ia tidak lagi hanya memberi hukum, tanda, atau firman dari surga. Ia turun ke palungan, berjalan di atas debu, dan menjumpai manusia di tengah kenyataan hidup yang kotor, retak, dan penuh pergumulan. Allah yang jauh kini dekat. Allah yang transenden kini hadir. Allah yang mulia kini menyentuh dunia yang rapuh. Nama Imanuel juga berarti bahwa Allah hadir bukan hanya dalam momen-momen besar, tetapi dalam kehidupan biasa yang sering tidak kita sadari. Kehadiran Allah tidak menunggu kita sempurna—Dia datang justru ketika kita terhilang. Tidak menunggu kita berhasil—Dia datang ketika kita hancur. Tidak menunggu situasi tenang—Dia datang ketika dunia penuh kekacauan. Itu sebabnya Imanuel bukan hanya gelar teologis; ini adalah jaminan bagi setiap orang percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita dalam perjalanan hidup ini.

Lebih dari itu, Imanuel adalah pengingat bahwa keselamatan tidak dimulai dari usaha manusia mendekati Allah, tetapi dari Allah yang datang mendekati manusia. Keintiman itu bukan dimulai dari bawah, tapi dari atas. Allah tahu kelemahan dan keterbatasan kita untuk menghampiri Dia, dan karena itu Dia sendiri yang turun untuk menghampiri kita. Nama itu juga berbicara tentang penyertaan yang berkelanjutan. Yesus bukan hanya “Imanuel” saat Ia lahir; Ia tetap menjadi Imanuel sepanjang hidup-Nya dan bahkan setelah kebangkitan-Nya. Ketika Ia berkata dalam saat menyampaikan Amanat Agung,  “Aku menyertai kamu senantiasa,” disini, Ia sedang menegaskan kembali makna nama itu: penyertaan yang tidak tergoyahkan, tidak tergantung situasi, dan tidak dipatahkan oleh kematian sekalipun. Karena itu, merenungkan Matius 1:23 berarti merenungkan inti dari iman Kristen: bukan Allah yang jauh, tetapi Allah yang dekat. Bukan Allah yang pasif, tetapi Allah yang turun tangan. Bukan Allah yang menuntut jarak, tetapi Allah yang membangun relasi.

Nama Imanuel adalah kabar bahwa kita tidak pernah menjalani hidup sendirian.

Dalam ketakutan—Allah beserta kita. Dalam kegagalan—Allah beserta kita. Dalam kesedihan—Allah beserta kita. Dalam kebingungan—Allah beserta kita. Dalam setiap musim hidup—Allah beserta kita.

Saudara, apa yang berubah dalam keputusan dan sikap kita jika kita benar-benar menyadari bahwa Allah hadir di setiap langkah kita? Kiranya melalui firman Tuhan ini kita diigatkan bahwa, nama ini—Imanuel—menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi kita: bahwa Allah tidak jauh, tidak diam, dan tidak membiarkan kita sendiri. Ia datang, Ia tinggal, dan Ia menyertai. Amin. (RT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah