Kristus yang Rendah Hati
Kristus yang Rendah Hati
Saudara
yang terkasih, selamat merayakan natal. Pada hari yang penuh kasih karunia ini,
kita diajak untuk masuk lebih dalam ke makna kelahiran Kristus melalui
perenungan dari Filipi 2: 6-8. Dalam bagian ini, Paulus mengingatkan agar jemaat dapat bersatu dan memiliki
kerendahan hati yang mencerminkan karakter Kristus sendiri. Kristus yang adalah
Allah merendahkan diri dan mengambil rupa manusia. Ia mengambil rupa seorang hamba, masuk ke
dalam sejarah manusia sebagai bayi, dan menapaki jalan ketaatan sampai mati di
kayu salib demi menebus dosa kita. Inilah
kerendahan hati yang patut diteladani oles semua pengikut-Nya.
Saudara
ketika kita menatap perjalanan hidup Yesus Kristus, kita melihat kerendahan
hati yang sejati. Ia lahir dalam
palungan di kota kecil yang tidak termasyur (Mat. 2: 1-17; Luk. 2: 6-7). Ia
tumbuh dan belajar hukum taurat seperti anak-anak lainnya (Luk. 2: 41-52). Ia
dibaptis dan menjalani kehidupan pelayanan yang berbuah (Mrk. 1: 9-14) dan
menempuh jalan penderitaan seperti yang telah dinubuatkan dalam kitab suci
(Mat. 27 : 1 – 66). Melalui semuanya, Ia menunjukkan bahwa kemuliaan sejati tidak terletak pada jalan kekuasaan
tetapi pada ketaatan dan kerendahan hati.
Saudara natal mengingatkan kita bahwa anugerah terbesar itu telah datang, bukan karena kita layak mendapatkannya, tetapi semata-mata karena kasih Allah. Kehadiran Kristus membuat hidup kita menjadi berharga dan bermakna. Sebagai seorang Kristen kita wajib untuk meneladani kerendahan hati Kristus, karena itu mari sejenak kita mengambil waktu untuk merenungkan seluruh perjalanan kehidupan kita. Sadarilah bahwa setiap nafas, kesempatan, dan keberhasilan adalah anugerah-Nya. Dengan demikian, biarlah masa-masa perenungan natal tahun ini kita dibentuk menjadi pribadi yang semakin rendah hati, semakin menyadari betapa besar anugerah-Nya dalam kehidupan kita, dan semakin rindu untuk hidup meneladani Kristus, Sang Hamba yang dimuliakan.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, jika Kristus merendahkan diri-Nya bagi kita, lalu bagaimana dengan kita? Apakah masih ada kesombongan yang dapat kita pertahankan? Mari bertumbuhlah menjadi pribadi yang semakin rendah hati seperti Kristus yang rendah hati. (TH)

Komentar
Posting Komentar