Kesatuan yang Mengharumkan

Sabtu, 13 Desember 2025
Kesatuan yang Mengharumkan  
Bacaan Alkitab : Keluaran 30: 34-36

Dalam bagian firman Tuhan hari ini, Allah kembali berfirman kepada Musa untuk mengambil bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat dupa yang kudus. Bahan-bahan tersebut yaitu “...getah damar, kulit lokan dan getah rasamala, wangi-wangian itu serta kemenyan yang tulen..” yang akan diambil dalam jumlah yang sama. Semua bahan itu kemudian dicampur seperti buatan seorang ahli rempah-rempah lalu dibubuhi garam. Penambahan garam merupakan sesuatu yang unik sebab dupa yang digunakan oleh bangsa-bangsa lain pada masa itu tidak menggunakan garam. Dengan demikian, Allah memberikan formula yang khusus dan tidak mudah ditiru, menegaskan kekudusan dan eksklusivitas penyembahan Israel. Sebagian dari rempah-rempah itu harus digiling secara halus dan sebagian diletakkan di hadapan tabut hukum dalam kemah pertemuan. Dupa ini menjadi kudus karena Tuhan sendiri yang menyatakan kudus dan dari tempat itulah Tuhan diri dan bertemu dengan umat-Nya.

Secara umum, garam bukanlah bahan pembuatan wangi-wangian. Namun,  garam memberikan beberapa fungsi penting yaitu membantu mengikat dan menstabilkan campuran rempah-rempah, mencegah rempah mudah rusak serta membantu pembakaran menjadi lebih merata. Melalui fungsi ini kita dapat melihat bahwa garam merupakan simbol penyatuan, kemurnian dan persekutuan. Dalam konteks ini, garam menyatukan semua rempah sehingga ketika dibakar, bahan-bahan tersebut tetap stabil dan murni agar dapat mengeluarkan wangi-wangian di hadapan Allah.

Saudara, keberadaan garam dalam pembuatan wangi-wangian untuk dupa dalam kemah suci. Mengingatkan kita bahwa umat Allah dipanggil untuk hidup dalam kesatuan dan persekutuan yang murni. Seperti garam menyatukan rempah-rempah untuk menghasilkan aroma yang harum. Demikian pula umat Tuhan harus menyatu dalam kasih dan kebenaran agar penyembahan kita berkenan kepada Tuhan. Kesatuan ini dapat dilakukan misalnya dengan tidak membiarkan konflik berlarut-larut, menerapkan sikap saling mengasihi dengan cara mengampuni dan merendahkan hati satu dengan yang lain serta mengambil inisiatif untuk berdamai jika terjadi konflik. Sebab, hati yang penuh dengan kepahitan dan kemarahan akan menghalangi penyembahan kita kepada Tuhan. Sebaliknya, ketika kita hidup dalam kasih dan perdamaian, kehidupan kita menjadi “aroma yang harum” di hadapan Allah.

Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah hidup dan persekutuan kita telah memancarkan aroma yang harum dengan cara tidak menyimpan kemarahan, kepahitan, atau sikap-sikap yang menghalangi kesatuan tubuh Kristus? Ingatlah bahwa Allah memanggil kita untuk menjadi seperti garam dalam dupa yang kudus : menjaga kemurnian hati, memelihara kesatuan, dan meneguhkan hubungan kasih dengan saudara seiman. Kiranya penyembahan kita tidak hanya terdengar lewat kata-kata saja, tetapi terwujud dalam hidup yang dipenuhi kasih, kesetiaan, dan kerendahan hati – sehingga Allah mendapati kita sebagai umat yang berkenan di hadapan-Nya. (TH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah