Kekudusan Tuhan Yang Menyentuh Kita

Rabu, 10 Desember 2025
Kekudusan Tuhan Yang Menyentuh Kita

Bacaan Alkitab : Keluaran 30:26–29



Keluaran 30:26–29 berada dalam rangkaian perintah Allah kepada Musa tentang bagaimana Kemah Suci dan seluruh perabotannya harus dipersiapkan untuk ibadah. Dalam bagian ini, Tuhan memerintahkan Musa untuk mengurapi mezbah, kandil, meja roti sajian, dan seluruh perlengkapan ibadah dengan minyak urapan kudus. Tindakan pengurapan ini bukan sekadar ritual simbolis, tetapi penetapan ilahi yang menjadikan benda-benda itu “mahakudus” (qōdesh qodāshîm)—yakni tingkat kekudusan tertinggi dalam seluruh sistem ibadah Israel. Dengan pengurapan, perabot-perabot itu dipisahkan hanya untuk pelayanan kepada TUHAN. Tidak boleh dipakai untuk tujuan lain, tidak boleh disentuh sembarangan. Mereka sekarang berada dalam lingkup kekudusan Allah.

Kekudusan ini adalah penetapan Allah. Suatu deklarasi bahwa benda atau orang  yang sudah diurapi sekarang hanya milik-Nya, dan  tidak boleh  disentuh Siapa pun yang menyentuh yang telah dikuduskan akan turut menjadi kudus. Bukan karena kekuatan benda itu sendiri, tetapi karena Allah menetapkan hadirat-Nya atasnya.

Kita bukan mezbah atau kandil. Tetapi kita adalah orang-orang yang telah diurapi secara rohani oleh Roh Kudus. Kita dibenarkan oleh Kristus, ditandai sebagai milik Allah. Identitas kita sudah kudus—kekudusan identitas. Namun hidup kenyataan kita sering jatuh, goyah, dan penuh pergumulan—kekudusan faktual. Di sini kita sadar: kekudusan tidak pernah muncul dari usaha manusia semata. Kekudusan adalah kolaborasi: usaha kita yang lemah dipadukan dengan kuasa transformasi Roh Kudus. Pengurapan yang Musa lakukan meneguhkan fungsi dan identitas benda-benda ibadah. Demikian juga Roh Kudus meneguhkan siapa kita di hadapan Allah. Pengurapan itu bukan hanya status, tetapi undangan. Undangan untuk hidup berbeda. Undangan untuk menjauh dari hal duniawi dan mendekat kepada hadirat Allah yang mengubahkan.

Ketika Allah menyentuh kita melalui firman, doa, dan ibadah yang sungguh, ada sesuatu yang berubah dalam diri kita.; Cara kita berbicara., Cara kita berpikir dan Cara kita mengambil keputusan. Kekudusan bukan lagi beban moral, melainkan hasil dari kedekatan. Sama seperti benda-benda dalam Kemah Kudus, kita menjadi kudus bukan karena kita layak, tetapi karena Allah sendiri menyatakan: “Engkau milik-Ku.” Pada akhirnya, pesan Keluaran 30:26–29 mengingatkan kita bahwa kekudusan bukan hanya standar moral, melainkan sebuah perjumpaan. Sama seperti perabot ibadah diurapi dan dipisahkan sepenuhnya bagi Allah, demikian pula hidup kita dipanggil untuk menjadi milik-Nya secara utuh. Kita tidak dibiarkan berjuang sendirian—Roh Kudus bekerja bersama kita, memperkuat komitmen lemah kita dengan kuasa-Nya.

Saudara, Apakah hidup kita bergerak mendekat kepada hadirat Tuhan, atau menjauh? Biarlah kiranya kita tidak hanya puas dengan status “telah dikuduskan,” tetapi sungguh hidup seperti orang yang menjadi milik Allah. Sebab setiap langkah mendekat kepada-Nya selalu membawa perubahan. Kekudusan itu mengalir, menular, dan mengubah kita—dari dalam ke luar. (FS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah