Hikmat Untuk Memahami Kehendak Allah
Hikmat Untuk Memahami Kehendak Allah
Firman Tuhan
hari ini melanjutkan kisah mengenai panggilan Allah pada Bezale’el dan Aholiab.
Keduanya dipilih, dipenuhi dengan Roh Allah, dan dianugerahi hikmat serta
kemampuan khusus untuk menyelesaikan pekerjaan kudus yang Allah percayakan.
Aholiab, dari suku Dan, memiliki keahlian menjahit, menenun, membordir
bahan-bahan untuk kemah pertemuan. Selain itu, Tuhan juga memampukan “semua
ahli” (ay. 6) sehingga seluruh pekerjaan dapat dikerjakan dengan tepat sesuai
perintah-Nya. Bezale’el unggul dalam seni logam dan rancangan, sementara
Aholiab ahli dalam seni tekstil dan detail artistik. Keahlian mereka bukan
sekedar bakat alami, tetapi juga karunia
khusus dari Allah. Mereka ditempatkan berdampingan agar saling melengkapi dalam
tugas yang sangat penting. Pembangunan kemah suci bukanlah pekerjaan biasa-ini
adalah proyek ilahi yang menuntut ketelitian, kekudusan, dan kolaborasi dalam
kehendak Allah.
Allah menegaskan , “ Tepat
seperti yang Kuperintahkan kepadamu, mereka harus membuatnya.” (ay. 6-11). Ini
menunjukkan dua hal penting, yaitu : pertama, dibutuhkan hikmat
untuk menangkap perintah Allah (ay. 6). Semua detail tentang kemah suci
disampaikan lewat kata-kata dari Allah, dan pengrajin harus mampu memahami menerjemahkannya
dalam bentuk karya seni yang bersifat fisik. Kedua, “ketepatan
seperti yang Kuperintahkan kepadamu..” tidak dapat dikerjakan sendirian. Dua
orang diperlukan untuk memastikan bahwa apa yang Allah maksud benar-benar
diterjemahkan secara tepat. Setiap benda dalam Kemah Suci berada di bawah
standar kekudusan Allah; kesalahan kecil pun dapat menjadi pelanggaran serius.
Karena itu, kerja sama Bezale’el dan Aholiab merupakan bagian dari rencana
Allah untuk menjaga kekudusan pekerjaan-Nya.
Saudara, demikian juga dengan perjalanan kita bersama dengan Allah. Ada saatnya kita merasa Tuhan berbicara melalui firman atau dorongan hati. Namun untuk memahami kehendak-Nya dengan benar, kita membutuhkan kerendahan hati. Kita perlu membuka diri kepada pelayan Tuhan, pembimbing rohani, dan saudara seiman agar apa yang kita tangkap tidak salah mengartikan. Dengan demikian, kita dapat menerjemahkan kehendak Tuhan menjadi tindakan yang benar, setia, dan berkenan di hadapan-Nya.
Saudara,
mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara,
apakah sikap rendah hati telah bertumbuh dalam diri kita sehingga bersedia
untuk dibantu memahami kehendak Allah melalui firman-Nya? Marilah kita belajar
dari Bezale’el dan Aholiab – bahwa pekerjaan Tuhan membutuhkan hati yang taat,
hikmat dari-Nya, serta kerendahan hati untuk bekerja bersama. Kiranya kita
selalu mencari kehendak-Nya dan menafsirkan suara-Nya dengan bijaksana, agar
hidup kita menjadi karya yang “tepat seperti yang diperintahkan Tuhan,” dan
menjadi persembahan yang berkenan kepada-Nya. (TH)

Komentar
Posting Komentar