Break dari Kesibukan, Balik ke Ketergantungan

Kamis, 18 Desember 2025
Break dari Kesibukan, Balik ke Ketergantungan
Bacaan Alkitab : Keluaran 31:12-14

Dalam Keluaran 31:12–14, Tuhan kembali menegaskan bahwa hari Sabat adalah tanda perjanjian antara Dia dan umat-Nya. Sabat bukan sekadar hari libur atau waktu berhenti bekerja; Sabat adalah pengingat identitas—bahwa manusia bukan makhluk otonom. Kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri, mengandalkan kekuatan sendiri, atau bertahan dari kemampuan kita sendiri. Sabat memaksa kita untuk berhenti, dan dalam berhenti itu kita melihat kelemahan kita sebagai manusia.

Setiap kali Israel berhenti bekerja, mereka sedang mengakui suatu kebenaran besar yaitu kebutahan mereka akan Allah. Allah bisa hidup tanpa manusia, tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa Allah. Ketika kita berhenti dari segala aktivitas kita, dunia tidak runtuh. Pekerjaan tetap berjalan. Alam tetap berlangsung. Ini adalah deklarasi bahwa Tuhanlah Penguasa kehidupan—bukan kita. Sabat mengingatkan bahwa kita tidak memegang kendali atas hidup; Dia-lah yang menopang segalanya.

Seperti tubuh kita yang membutuhkan makanan, air, dan istirahat, demikian juga jiwa kita membutuhkan Allah. Tanpa roti, tubuh kita lemah; tanpa Allah, jiwa kita kosong, kering, dan rapuh. Sabat hadir untuk menolong kita menyadari bahwa kebutuhan terdalam manusia bukanlah produktivitas, keberhasilan, atau prestasi—melainkan kehadiran Allah itu sendiri. Ketika kita belajar berhenti, kita belajar bergantung. Ketika kita berhenti mengendalikan, kita belajar berserah.

Sabat adalah kebiasaan rohani yang menolong kita menyadari bahwa kita tidak mandiri. Kita sering hidup seakan semuanya bergantung pada usaha kita sendiri, seolah dunia ini berjalan karena kerja keras kita. Namun melalui Sabat, Tuhan mengingatkan kita dengan jelas: kita bukan Allah, kita tidak dirancang untuk hidup sendiri, dan kita selalu membutuhkan Dia dalam setiap aspek hidup kita. Sabat bertujuan untuk Melembutkan hati, menenangkan jiwa, mengembalikan perspektif. Sabat bukan hanya bertujuan untuk memulihkan tubuh, tetapi terutama memulihkan kesadaran bahwa kita adalah ciptaan yang bergantung pada Sang Pencipta.

Saudara, apakah kita menyediakan waktu untuk ‘berhenti’ di hadapan Tuhan, atau kita terus mendorong diri tanpa batas sampai akhirnya kita lupa bahwa hidup kita bergantung pada Dia, bukan pada kemampuan kita sendiri? Kiranya firman Tuhan ini menolong kita mengakui dengan rendah hati: Aku tidak bisa hidup tanpa Engkau. Semua nafasku bergantung pada-Mu. Dan hidupku hanya menemukan artinya ketika aku bersandar pada-Mu. Amin. (RT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah