Union With Christ
Union With Christ
Dalam perikop tentang “Penahbisan Harun dan anak-anaknya”
Allah memberikan petunjuk rinci tentang bagaimana korban penahbisan harus
dipersembahkan di hadapan-Nya. Domba penahbisan dipersembahkan sebagai korban
bakaran bagi Allah, dan sebagian dari korban itu dimakan oleh para imam. Korban
yang telah dipersembahkan kepada Allah bukan merupakan korban yang najis
meskipun telah membersihkan dosa manusia. Hal ini karena korban yang
dipersembahkan juga telah dikuduskan oleh Allah bersama dengan dosa-dosa umat-Nya.
Sehingga, daging korban seperti bagian paha, lemak juga roti-roti tidak beragi
yang telah dikuduskan Allah menjadi bagian dari perjamuan kudus antara Allah
dan para imam. Bagian ayat 21-24 ini bukan sekedar ritual penyucian,
tetapi gambaran profetik tentang perjamuan kudus dalam perjanjian baru. Darah
korban yang dipercikkan kepada pakaian para imam merupakan simbol dari darah
Kristus yang tercurah bagi kita di Kalvari untuk menyucikan kita dari dosa
(Ibr. 9:22). Sementara itu, roti yang diolesi minyak menggambarkan tubuh
Kristus yang dipecahkan dan diurapi Roh Kudus bagi keselamatan manusia (Luk.
22: 19). Saat para imam memakan persembahan itu, mereka mengekspresikan communion
atau persekutuan yang kudus antara Allah dan manusia. Dengan demikian, bagian
ayat yang kita baca hari ini menunjukkan bahwa para imam disucikan sehingga
dapat terlibat dalam jamuan makan bersama-sama dengan Allah dalam
perjamuan kudus.
Saudara demikian pula kita saat ini, Ia mengundang kita untuk menikmati jamuan makan bersama-Nya dalam perjamuan kudus. Pada masa perjanjian baru, Yesus Kristus pertama kali melakukan perjamuan kudus bersama dengan murid-murid-Nya. Hal ini dapat kita lihat dalam Mat. 26: 26-28,”...Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya : “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Lalu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampuanan dosa.” Inilah darah dan roti sejati yang berasal dari Sang Imam Besar Agung kita. Dalam momen ini, Ia menggenapi makna penahbisan kuno: Allah menguduskan umat-Nya agar bersatu dengan-Nya melalui darah dan tubuh Kristus. Oleh karena itu perjamuan kudus bukan hanya ritual atau simbol, melainkan sarana kasih karunia di mana Allah memperbaharui kita, menguatkan iman, dan meneguhkan union with Christ yaitu persekutuan dengan Sang Juruselamat.
Saudara, saat kita datang ke meja perjamuan, datanglah
dengan hati yang disucikan dan penuh ungkapan syukur. Sadari bahwa Allah
sendiri yang mengundang kita untuk duduk dan makan bersama-Nya. Melalui
perjamuan itu, kita tidak hanya mengenang salib, tetapi juga mengalami kuasa
kebangkitan Kristus yang menyatukan kita dengan-Nya kini dan selama-lamanya.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara saat kita mengikuti perjamuan kudus, apakah kita sungguh menyadari bahwa kita sedang menyatu dengan Allah melalui darah dan roti yang kita makan? Mari respons undangan makan Allah dengan hati yang disucikan dan penuh ungkapan syukur sehingga kita menikmati penyatuan kita dengan Allah senantiasa. (TH)

Komentar
Posting Komentar