Roti Tak Beragi: Hidup Tanpa Sisa Dosa Lama

Selasa, 11 November 2025
Roti Tak Beragi: Hidup Tanpa Sisa Dosa Lama 
Bacaan Alkitab : Keluaran 29:1-3


Saudara yang terkasih kalau kita melihat ke belakang, malam ketika bangsa Israel keluar dari Mesir. Mereka berkemas dengan tergesa-gesa, memegang tongkat di tangan dan roti tak beragi di pangkuan. Tidak ada waktu untuk menunggu adonan mengembang. Firaun akhirnya menyerah, pintu rumah yang bubuhi darah anak domba, telah melepaskan bangsa Israel dari hukuman Allah. Sedangkan, bangsa Mesir yang dihukum Allah dan akhirnya terpaksa membiarkan bangsa Israel yang selama ratusan tahun menjadi budak akhirnya keluar.  Roti itu sederhana, tanpa ragi, namun penuh makna. Itu bukan sekadar makanan darurat, itu adalah simbol pemutusan masa lalu: tidak boleh ada sisa Mesir yang mengikuti mereka ke Tanah Perjanjian. Tuhan tidak hanya membawa mereka keluar secara fisik, tetapi juga memanggil mereka meninggalkan ragi mentalitas perbudakan, ragi kompromi, ragi pemberontakan, ragi ketergantungan pada dunia.

Beberapa waktu kemudian, dalam Keluaran 29:1–3, ketika Harun dan anak-anaknya dipersiapkan menjadi imam, Tuhan kembali memerintahkan penggunaan roti tak beragi. Kali ini bukan karena tergesa, tetapi karena kekudusan. Roti tak beragi itu menjadi tanda bahwa mereka tidak boleh membawa “ragi Mesir” masuk ke hadirat Allah, yaitu ragi dosa, ragi ambisi diri, ragi budaya lama yang menolak kehendak Tuhan. Dua peristiwa ini bertemu dalam satu pesan rohani yang sama: Tidak mungkin kita melayani Tuhan dengan sisa ragi dari kehidupan lama. Ragi Mesir berbicara tentang pola pikir lama yang duniawi, dosa yang dibiarkan kecil namun akhirnya menguasai, kelekatan pada kenyamanan masa lalu, hati yang masih lebih percaya sistem dunia daripada janji Allah.

Tuhan menyelamatkan Israel terlebih dahulu, barulah Ia menetapkan mereka sebagai umat yang melayani-Nya. Begitu pun kita, kita tidak dipanggil masuk pelayanan untuk “melunasi” keselamatan kita. Kita dipanggil karena sudah dianugrahi keselamatan. Namun setelah itu, Tuhan memanggil kita bersih tanpa ragi lama. Roti tak beragi dalam pentahbisan imam mengingatkan bahwa pelayanan bukan pertama-tama soal aktivitas, tetapi identitas yang diubahkan. Tuhan tidak mencari tangan yang sibuk tetapi hati yang disucikan. Bukan pelayanan yang ramai, tetapi hidup yang murni. Bukan suara yang keras, tetapi karakter yang tunduk.

Saudara, apa “ragi lama” yang masih sering kita bawa dalam perjalanan iman dan pelayanan kita, apakah itu kebiasaan, pola pikir, atau motivasi yang tidak berkenan di hadapan Tuhan? Biarlah melalui firman Tuhan hari ini kita diajarkan bahawa, Sebelum kita bergerak bagi Tuhan, kita harus bersih di hadapan-Nya. (RT)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah