Partisipasi Allah dan Respons Umat
Partisipasi Allah dan Respons Umat
Dalam Keluaran 29: 25-28 kita melihat kembali peristiwa penting dalam penahbisan imam-imam
Israel. Bagian persembahan yang diambil -dada dari korban unjukkan dan paha
dari korban khusus – ditetapkan Tuhan sebagai bagian kudus bagi para imam,
sementara bagian lainnya dibakar sebagai korban bagi Tuhan (ay. 26-27). Melalui
tindakan ini, terjadi persekutuan kudus antara Allah dan umat-Nya – Allah
menerima korban, dan imam menikmati bagian yang ditetapkan bagi mereka. Peristiwa ini bukan sekedar ritual keagamaan
sebab di dalamnya memiliki makna bahwa Allah berkenan bersekutu dengan umat-Nya
melalui korban dan perjamuan. Api di mezbah dan roti di meja bukan hanya simbol
persembahan, tetapi tanda kehadiran Allah yang hidup di tengah umat-Nya.
Saudara dalam budaya Timur dekat Kuno, perjamuan makan
dengan membagi-bagi bagian daging kurban persembahan serta roti sajian biasanya
diadakan setelah mempersembahkan kurban dan diadakan di hadapan Tuhan. Kel. 25:
30 menegaskan bahwa meja roti sajian di Kemah Suci adalah lambang kehadiran
Allah. Di meja itu, Allah seolah-olah
menjadi Tuan Rumah Surgawi, sementara para imam menjadi tamu di meja-Nya. Dalam
perjamuan itu, umat menikmati daging persembahan dan roti dengan sukacita dan
ucapan syukur, sementara Allah berkenan menerima korban mereka. Di sinilah
terjadi penyatuan antara yang ilahi dan yang manusiawi, di bawah naungan kasih
karunia Allah. Keluaran 29 bukan hanya berbicara tentang ritual tetapi dinamika
relasi antara Allah dan umat-Nya. Dalam setiap persekutuan dengan Allah selalu
ada sisi : pertama, partisipasi Allah – tindakan Allah yang
memanggil, mengampuni, dan menguduskan. Kedua, respons manusia –
tindakan iman, mempersembahkan diri, dan ketaatan dalam kasih.
Relasi ini bukan hubungan sepihak, melainkan persekutuan
kasih yang hidup. Allah berinisiatif dengan kasih karunia-Nya dan manusia
menanggapi dengan penyerahan diri. Seperti tangan Allah yang terulur dari surga
melalui salib Kristus, manusia dipanggil untuk merespons uluran itu dengan iman
dan penyerahan total. Dengan demikian, renungan hari ini mengingatkan kita
bahwa hidup adalah perjalanan bersama Allah dalam partisipasi yang kudus. Allah
senantiasa mengulurkan tangan-Nya dalam kasih dan anugerah lalu umat-Nya
dipanggil untuk menyambut uluran tangan itu dengan mempersembahkan hidup
sebagai korban yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya (Rom. 12: 1). Oleh
karena itu, mari kita menerima uluran tangan Allah dalam setiap langkah
kehidupan kita sehingga perjalanan kehidupan kita senantiasa diiringi oleh
jejak anugerah Allah.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru
saja kita dengar. Saudara, apakah kita telah menyambut uluran tangan kasih
Allah dengan mempersembahkan hidup kita sepenuhnya bagi Allah? Mari sambut
uluran kasih dan anugerah-Nya bagi kita dan berjalanlah dengan Allah dalam
setiap momen dalam kehidupan kita. (TH)

Komentar
Posting Komentar