Partisipasi Allah dan Respons Umat

Kamis, 20 November 2025
Partisipasi Allah dan Respons Umat 
Bacaan Alkitab : Keluaran 29: 25-28

          Dalam Keluaran 29: 25-28 kita melihat kembali  peristiwa penting dalam penahbisan imam-imam Israel. Bagian persembahan yang diambil -dada dari korban unjukkan dan paha dari korban khusus – ditetapkan Tuhan sebagai bagian kudus bagi para imam, sementara bagian lainnya dibakar sebagai korban bagi Tuhan (ay. 26-27). Melalui tindakan ini, terjadi persekutuan kudus antara Allah dan umat-Nya – Allah menerima korban, dan imam menikmati bagian yang ditetapkan bagi mereka.  Peristiwa ini bukan sekedar ritual keagamaan sebab di dalamnya memiliki makna bahwa Allah berkenan bersekutu dengan umat-Nya melalui korban dan perjamuan. Api di mezbah dan roti di meja bukan hanya simbol persembahan, tetapi tanda kehadiran Allah yang hidup di tengah umat-Nya.

          Saudara dalam budaya Timur dekat Kuno, perjamuan makan dengan membagi-bagi bagian daging kurban persembahan serta roti sajian biasanya diadakan setelah mempersembahkan kurban dan diadakan di hadapan Tuhan. Kel. 25: 30 menegaskan bahwa meja roti sajian di Kemah Suci adalah lambang kehadiran Allah. Di meja itu, Allah  seolah-olah menjadi Tuan Rumah Surgawi, sementara para imam menjadi tamu di meja-Nya. Dalam perjamuan itu, umat menikmati daging persembahan dan roti dengan sukacita dan ucapan syukur, sementara Allah berkenan menerima korban mereka. Di sinilah terjadi penyatuan antara yang ilahi dan yang manusiawi, di bawah naungan kasih karunia Allah. Keluaran 29 bukan hanya berbicara tentang ritual tetapi dinamika relasi antara Allah dan umat-Nya. Dalam setiap persekutuan dengan Allah selalu ada sisi : pertama, partisipasi Allah – tindakan Allah yang memanggil, mengampuni, dan menguduskan. Kedua, respons manusia – tindakan iman, mempersembahkan diri, dan ketaatan dalam kasih.

          Relasi ini bukan hubungan sepihak, melainkan persekutuan kasih yang hidup. Allah berinisiatif dengan kasih karunia-Nya dan manusia menanggapi dengan penyerahan diri. Seperti tangan Allah yang terulur dari surga melalui salib Kristus, manusia dipanggil untuk merespons uluran itu dengan iman dan penyerahan total. Dengan demikian, renungan hari ini mengingatkan kita bahwa hidup adalah perjalanan bersama Allah dalam partisipasi yang kudus. Allah senantiasa mengulurkan tangan-Nya dalam kasih dan anugerah lalu umat-Nya dipanggil untuk menyambut uluran tangan itu dengan mempersembahkan hidup sebagai korban yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya (Rom. 12: 1). Oleh karena itu, mari kita menerima uluran tangan Allah dalam setiap langkah kehidupan kita sehingga perjalanan kehidupan kita senantiasa diiringi oleh jejak anugerah Allah.

          Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah kita telah menyambut uluran tangan kasih Allah dengan mempersembahkan hidup kita sepenuhnya bagi Allah? Mari sambut uluran kasih dan anugerah-Nya bagi kita dan berjalanlah dengan Allah dalam setiap momen dalam kehidupan kita. (TH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah