Imamat Rajani
Imamat Rajani
Dalam
bagian penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam, Allah memberikan dua
perintah khusus kepada Musa. Pertama, Musa harus menaruh serban
di atas kepala Harun dan mengikatnya dengan jamang emas. Jamang adalah hiasan
logam dari emas murni yang dipasang di bagian depan serban imam besar Israel.
Dalam bahasa ibrani, jamang ini disebut tzitz, yang berarti
“pelat emas,” dan pada pelat itu terukir tulisan “Kudus bagi Tuhan.”
Kedua, Musa
harus mengambil minyak urapan dan menuangkannya di atas kepala Harun untuk
mengurapinya. Tindakan ini melambangkan penyertaan dan pengudusan oleh Tuhan
atas tugas pelayanan yang kudus. Minyak urapan dituangkan ke atas kepala
mereka, menunjukkan bahwa mereka dikhususkan untuk pelayanan mereka (ayat 7).
Kedua tindakan tersebut menegaskan bahwa jabatan imam besar bukan sekedar
posisi kehormatan, melainkan tanggung jawab yang dijalankan di bawah perintah
dan penyertaan Allah sendiri.
Saudara
sebagai orang Kristen, kita disebut “imamat rajani” (1 Ptr. 2: 9). Istilah ini bukan menunjuk pada jabatan
keagamaan tertentu, melainkan status rohani kita di hadapan Allah. Status ini
diberikan sejak kita menerima keselamatan oleh anugerah melalui karya penebusan
Yesus Kristus di Kalvari. Kematian dan kebangkitan-Nya telah membuka jalan bagi
setiap orang percaya untuk datang langsung ke hadirat Allah (Ibr. 10: 19-22),
tanpa perantaraan imam manusia atau
ritual rumit seperti zaman Perjanjian Lama. Darah Kristus menyucikan hati
nurani kita dari dosa (Ibr. 10: 19-22), ketika kita menyadari keberdosaan,
mengaku dosa, dan menerima pengampunan-Nya.
Salah
satu hal yang menarik dalam Perjanjian Baru adalah setelah mengalami pertobatan
maka setiap kita dianugerahi Roh Kudus (Roma 8:28). Ia berkarya dalam batin
kita untuk menguduskan, membentuk hati, pikiran, dan tindakan agar menjadi
serupa dengan Kristus (Roma 8: 29). Roh Kudus akan membimbing kita sedemikian
rupa baik melalui firman-Nya, pengalaman hidup maupun nasihat saudara seiman.
Karena itu, tugas kita sebagai imamat rajani ialah hidup dalam ketaatan kepada
bimbingan Roh Kudus, mempersembahkan hidup sebagai korban yang kudus dan
berkenan kepada Allah (Rm. 12: 1-2). Dengan demikian persekutuan dengan Allah
akan senantiasa terpelihara, dan kita dapat memuliakannya dalam setiap aspek
kehidupan.
Saudara,
mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara
sebagai imamat rajani, bagaimana cara kita memberikan respons terhadap
bimbingan Roh Kudus dalam kehidupan kita? Mari berikan respons ketaatan
sehingga persekutuan kita dengan Allah akan terus terpelihara selamanya. (TH)

Komentar
Posting Komentar