Pelataran: Tempat Di Mana Kekudusan Dimulai

Rabu, 22 Oktober 2025
Pelataran: Tempat Di Mana Kekudusan Dimulai 
Bacaan Alkitab : Keluaran 27:9-10

Dalam rancangan Kemah Suci, pelataran menjadi bagian paling luar, tempat pertama yang dijumpai oleh setiap orang Israel yang datang membawa korban. Di sinilah perjumpaan pertama antara manusia berdosa dan Allah yang kudus terjadi. Pelataran menjadi simbol dari kehidupan yang sedang mengalami proses pengudusan. Ia bukan ruang maha kudus tempat hadirat Allah bersemayam, namun di sinilah dimulai perjalanan rohani menuju-Nya. Pelataran bukan sekadar halaman; ia adalah tempat pertemuan kasih dan kekudusan Allah, di mana manusia diundang untuk dipulihkan dan disucikan.

Allah tidak meminta pelataran itu dibuat secara sembarangan. Ia memerintahkan agar tirai-tirainya dibuat dari kain lenan halus yang ditenun, panjangnya seratus hasta. Lenan halus ini bukan bahan murah, melainkan simbol kemurnian dan kesucian. Allah ingin agar batas kehidupan umat-Nya dipagari oleh kemurnian. Hidup yang kudus bukan sekadar menjauhi dosa, tetapi menjaga hati tetap murni di hadapan-Nya. Seperti lenan putih di pelataran, hidup kita seharusnya menjadi pantulan dari karakter Allah yang suci.

Namun, tirai itu tidak bisa berdiri sendiri. Ia ditopang oleh tiang-tiang tembaga yang kokoh. Tembaga dalam Alkitab sering melambangkan keteguhan dalam penghakiman dan kekuatan dalam ujian. Tiang-tiang itu berdiri teguh di tengah panasnya padang gurun, menahan tiupan angin, dan tetap menopang tirai agar berdiri tegak. Begitu juga kehidupan yang dikuduskan: ia tidak lepas dari ujian. Kadang angin pencobaan datang bertiup kencang, panas kehidupan membuat iman melemah, namun orang yang dikuduskan tetap berdiri teguh.

Pelataran menjadi simbol dari kehidupan yang sedang dikuduskan. Ini bukan ruang maha kudus, belum sempurna, belum sampai ke hadirat Allah yang paling dalam, tetapi di sinilah perjalanan menuju kekudusan dimulai. Di pelataranlah korban dipersembahkan, dosa diakui, dan hati dibersihkan. Begitu juga dengan hidup kita: setiap hari kita hidup di pelataran itu, di tempat di mana Allah terus membentuk dan menyucikan kita. Kekudusan bukan tujuan akhir yang tiba-tiba dicapai; Ini adalah perjalanan panjang dari pelataran menuju hadirat Allah. Ini dimulai ketika kita menyadari bahwa diri ini lemah dan penuh noda, lalu membiarkan Allah menenun hidup kita dengan benang-benang kasih, ketaatan, dan pertobatan.

Pelataran itu tampak sederhana, tetapi di situlah umat Israel pertama kali berjumpa dengan Allah. Begitu pula dengan kita: kehidupan sehari-hari yang tampak biasa bisa menjadi “pelataran” di mana kita mengalami hadirat Allah—jika kita memilih untuk hidup dalam kekudusan. Setiap perkataan, tindakan, dan keputusan menjadi kesempatan untuk memantulkan cahaya lenan putih itu, agar dunia melihat kemurnian Kristus melalui hidup kita. Saudara, Jika Tuhan menatap pelataran hidup kita hari ini, apakah Ia akan menemukan kemurnian, keteguhan, dan kasih karunia yang nyata? Mari Saudara, kita semakin menyadari untuk semakin hidup kudus dan setia dalam proses pengudusan yang Tuhan berikan. (FS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah