Eksklusif dalam Iman, Inklusif dalam Kasih

Jumat, 24 Oktober 2025
Eksklusif dalam Iman, Inklusif dalam Kasih

Bacaan Alkitab : Keluaran 27: 13-17


                                                                        

Dalam pembangunan Kemah Suci, Allah memerintahkan Musa membuat setiap bagian dengan sangat teliti dan tidak boleh salah. Tidak ada bagian yang dibuat sembarangan, karena setiap detail memiliki makna rohani. Mulai dari ukuran, bahan, warna, sampai cara pemasangannya, semuanya ditentukan langsung oleh Allah. Salah satu bagian penting yang Tuhan perintahkan adalah pintu pelataran. Sekilas, pintu ini terlihat sederhana, karena hanya kain yang digantung. Namun Allah memberi perintah khusus tentang letaknya, panjangnya, warnanya, bahkan tiang penyangganya. Itu berarti pintu ini bukan sekadar akses fisik, tetapi memiliki pesan rohani. Pintu itu adalah satu-satunya jalan untuk masuk ke pelataran.

Menariknya, pintu itu dibuat dari kain yang indah yaitu, ungu, biru, kirmizi, dan lenan putih. Setiap warna ini menceritakan tentang Kristus, yaitu Raja yang mulia, berasal dari surga, mengorbankan diri-Nya, dan hidup dalam kekudusan. Jadi sebelum Yesus lahir, Allah sudah menempatkan gambaran-Nya di pintu pelataran. Jadi pintu itu berbicara tentang Kristus. Sama seperti pintu pelataran hanya satu, demikian pula keselamatan hanya melalui Yesus. Dunia boleh menawarkan banyak jalan, tetapi Allah sudah menetapkan hanya ada satu pintu menuju hadirat-Nya. Ini bukan kesombongan rohani, melainkan ketetapan ilahi. Yesus sendiri berkata, “Akulah pintu. Barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat.” (Yoh. 10:9). Oleh sebab itu, sebagai orang Kristen, kita percaya dengan tegas bahwa Kristus adalah satu-satunya pintu keselamatan.

Namun bagaimana kita hidup di tengah dunia yang plural, penuh perbedaan agama dan keyakinan? Apakah berarti kita harus memusuhi mereka? Tentu saja tidak. Yesus memang satu-satunya pintu keselamatan, dan kita pun meyakini bahwa tidak mungkin manusia dengan kemampuannya sendiri dapat datang kepada Allah yang kudus tanpa melalui pengampunan dosa, namun Yesus tidak pernah mengajarkan kebencian. Sebaliknya, Ia mengajarkan kita untuk mengasihi sesama, bahkan mereka yang berbeda keyakinan. Ketahuai bahwa, toleransi yang sejati ialah mengasihi dalam perbedaan. Toleransi tidak menyamakan semua agama tetapi menghormati keyakinan orang lain, dan tidak memaksa atau menghakimi mereka. Jadi tugas kita sebagai orang percaya, kita jangan memaksa orang lain untuk percaya dengan agama kita, melainkan menghormati mereka dan tetap menjaga identitas kita sebagai pengikut Kristus. Oleh karena itu, mari kita tetap berpegang pada Kristus sebagai satu-satunya pintu, namun berjalan di dunia dengan hati yang penuh kasih, sehingga melalui hidup kita, orang lain bisa melihat betapa indahnya Sang Pintu itu.

Saudara, bagaimana sikap kita terhadap orang yang berbeda iman: mengasihi atau menghindar? menghormati atau menghakimi? Kiranya melalui firman Tuhan ini kita dibentuk untuk menjadi pribadi yang mengasihi serta menghormati orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Amin. (RT)

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah