Di Atas Mezbah: Kasih dan Keadilan Bertemu
Di Atas Mezbah: Kasih dan Keadilan Bertemu
Saudara,
ketika kita membaca bagian-bagian tentang Kemah Suci dalam kitab Keluaran,
sering kali kita melewatinya begitu saja. Namun setiap detail yang Allah
berikan kepada Musa bukanlah sekadar arsitektur bangunan kuno, melainkan simbol kasih karunia Allah kepada umat-Nya sepanjang zaman.
Hari
ini kita melihat mezbah
korban bakaran — titik awal perjalanan bangsa Israel
ketika ia datang ke hadapan Allah. Mezbah korban bakaran ditempatkan di
pelataran depan Kemah Suci, tepat di antara pintu gerbang pelataran dan Kemah
Pertemuan (Kel. 40:6). Semua orang yang ingin mendekat kepada Allah harus
melewati mezbah ini terlebih dahulu. Ini berarti, tidak ada jalan menuju hadirat Allah
tanpa korban dan darah.
Mezbah ini dibuat dari kayu akasia dan dilapisi dengan tembaga (perunggu),
logam yang tahan panas sehingga api di atas mezbah dapat menyala terus-menerus
(Im. 6:13). Tembaga melambangkan penghakiman
dan kekudusan Allah.
Hal ini juga tampak dalam kisah ular
tembaga (Bil. 21:9),
tanda bahwa Allah menghakimi dosa tetapi juga menyediakan jalan keselamatan
bagi yang percaya. Dengan demikian, mezbah tembaga menjadi tempat pertemuan antara keadilan Allah
yang menuntut hukuman atas dosa dan kasih Allah yang menyediakan korban
pengganti. Korban
bakaran hanyalah bayangan dari korban
Kristus yang sempurna di kayu salib.
Sejak
kejatuhan manusia di taman Eden, dosa memisahkan manusia dari hadirat Allah.
Namun Allah berinisiatif menyediakan jalan kembali melalui sistem korban pengganti. Dalam Perjanjian Baru, hal ini digenapi
dalam kematian Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa
dunia (1 Ptr. 3:18). Melalui iman kepada Kristus, kita memperoleh status baru — dibenarkan oleh kasih karunia (Rm.
3:23–24), menjadi anak-anak
Allah (Rm. 8:15),
hidup dalam damai sejahtera dengan
Allah (Rm. 5:1),
menerima hidup yang baru (2 Kor. 5:17), dan memiliki pengharapan akan kemuliaan kekal (Rm. 5:2). Karena itu, marilah kita
bersyukur atas kasih karunia Allah yang telah membenarkan kita di dalam
Kristus. Sadari perubahan status kita, dan hiduplah sebagai orang yang telah
dibenarkan — menjaga kekudusan dalam tindakan, keputusan, dan ibadah setiap
hari.
Saudara,
mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara
bagaimana kesadaran bahwa kita telah
dibenarkan dan diangkat menjadi anak-anak Allah mengubah cara hidup kita hari
ini? Mari berdoa dan meminta Roh Kudus untuk menerangi hati kita dengan
kesadaran bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan, menolong kita dalam hidup
dalam perintah-perintah-Nya senantiasa. (TH)

Komentar
Posting Komentar