Di Atas Mezbah: Kasih dan Keadilan Bertemu

Senin, 20 Oktober 2025
Di Atas Mezbah: Kasih dan Keadilan Bertemu 
Bacaan Alkitab : Keluaran 27: 1-4


Saudara, ketika kita membaca bagian-bagian tentang Kemah Suci dalam kitab Keluaran, sering kali kita melewatinya begitu saja. Namun setiap detail yang Allah berikan kepada Musa bukanlah sekadar arsitektur bangunan kuno, melainkan simbol kasih karunia Allah kepada umat-Nya sepanjang zaman.

Hari ini kita melihat mezbah korban bakaran — titik awal perjalanan bangsa Israel ketika ia datang ke hadapan Allah. Mezbah korban bakaran ditempatkan di pelataran depan Kemah Suci, tepat di antara pintu gerbang pelataran dan Kemah Pertemuan (Kel. 40:6). Semua orang yang ingin mendekat kepada Allah harus melewati mezbah ini terlebih dahulu. Ini berarti, tidak ada jalan menuju hadirat Allah tanpa korban dan darah. Mezbah ini dibuat dari kayu akasia dan dilapisi dengan tembaga (perunggu), logam yang tahan panas sehingga api di atas mezbah dapat menyala terus-menerus (Im. 6:13). Tembaga melambangkan penghakiman dan kekudusan Allah. Hal ini juga tampak dalam kisah ular tembaga (Bil. 21:9), tanda bahwa Allah menghakimi dosa tetapi juga menyediakan jalan keselamatan bagi yang percaya. Dengan demikian, mezbah tembaga menjadi tempat pertemuan antara keadilan Allah yang menuntut hukuman atas dosa dan kasih Allah yang menyediakan korban pengganti. Korban bakaran hanyalah bayangan dari korban Kristus yang sempurna di kayu salib.

Sejak kejatuhan manusia di taman Eden, dosa memisahkan manusia dari hadirat Allah. Namun Allah berinisiatif menyediakan jalan kembali melalui sistem korban pengganti. Dalam Perjanjian Baru, hal ini digenapi dalam kematian Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (1 Ptr. 3:18). Melalui iman kepada Kristus, kita memperoleh status baru — dibenarkan oleh kasih karunia (Rm. 3:23–24), menjadi anak-anak Allah (Rm. 8:15), hidup dalam damai sejahtera dengan Allah (Rm. 5:1), menerima hidup yang baru (2 Kor. 5:17), dan memiliki pengharapan akan kemuliaan kekal (Rm. 5:2). Karena itu, marilah kita bersyukur atas kasih karunia Allah yang telah membenarkan kita di dalam Kristus. Sadari perubahan status kita, dan hiduplah sebagai orang yang telah dibenarkan — menjaga kekudusan dalam tindakan, keputusan, dan ibadah setiap hari.

Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara bagaimana kesadaran bahwa kita telah dibenarkan dan diangkat menjadi anak-anak Allah mengubah cara hidup kita hari ini? Mari berdoa dan meminta Roh Kudus untuk menerangi hati kita dengan kesadaran bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan, menolong kita dalam hidup dalam perintah-perintah-Nya senantiasa. (TH)

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah