Api di Mezbah Hatiku
Api di Mezbah Hatiku
Mezbah korban bakaran adalah bagian pertama
dari Kemah Suci yang ditemui umat Israel. Letaknya di pelataran luar,
menandakan bahwa setiap langkah menuju hadirat Allah harus dimulai dengan penebusan melalui darah korban, yang
kemudian membawa kepada penyucian
hidup di hadapan-Nya.
Dalam Keluaran 27:5–8 dijelaskan bahwa mezbah dibuat dari kayu akasia berlapis
tembaga dengan jaringan di dalamnya — tempat di mana korban dan api bertemu.
Hal ini melambangkan pernyataan
kekudusan Allah yang adil dalam menghukum dosa, namun penuh kasih dalam
menyediakan pengampunan melalui korban pengganti. Mezbah
itu dibuat berongga agar api dapat terus menyala, menandakan bahwa hadirat dan kekudusan Allah senantiasa
menyertai umat-Nya di
setiap perjalanan hidup mereka. Api itu melambangkan hadirat Allah yang menyucikan umat-Nya dalam
persekutuan dengan Dia.
Korban di atas mezbah melambangkan kematian
Kristus di atas salib. Pengorbanan-Nya ini menguduskan serta mengubah status
manusia berdosa menjadi orang yang dibenarkan di hadapan-Nya. Pengudusan dalam
Kristus ini menjadi dasar dari proses pengudusan (sanctification) yang
dilakukan oleh Roh Kudus (Gal. 5: 22-23). Roh Kudus bagai api yang kini tinggal
di dalam hati orang percaya. Dialah api penyucian
yang melalui Firman dan ketaatan, memurnikan hati dari dosa, mendorong kasih
kepada Allah, sehingga membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus (1 Kor. 6:19–20; Roma 8:9–10). Dalam hati kita, api Roh Kudus terus bekerja membakar sisa
dosa dan menumbuhkan buah kekudusan. Dengan demikian kekudusan bukan sekadar status, melainkan perjalanan yang terus dipelihara oleh
nyala Roh Kudus dalam
hati anak-anak Allah.
Oleh
karena itu, marilah kita senantiasa
mengandalkan Roh Kudus
dalam setiap proses pengudusan. Sifat manusia yang cenderung lemah terhadap
dosa membuat kita sulit untuk menaati perintah Tuhan meskipun kita mengenal
kebenaran. Namun, Roh
Kudus menguatkan hati kita untuk hidup taat — baik melalui pembacaan Firman secara
pribadi, saat mendengarkan khotbah, maupun dalam persekutuan dan kesaksian iman
di tengah komunitas. Melalui semua itu, Roh Kudus menumbuhkan dalam diri kita kehidupan yang kudus,
murni, dan berkenan kepada Allah.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja
kita dengar. Saudara, apakah
saudara masih melihat kekudusan Allah sebagai ancaman yang merenggut kebebasan,
atau sebagai undangan kasih untuk hidup dalam penyucian? Mari respons undangan
kasih Allah untuk hidup dalam penyucian terus menerus dengan hati yang taat dan
penuh kasih kepada-Nya. (TH)

Komentar
Posting Komentar