Merayakan Anugerah Allah
Merayakan Anugerah Allah
Dalam bagian pertama dari perikop, “peraturan tentang kebaktian dan hari-hari raya” ini dituliskan tentang peraturan dari salah satu hari raya dalam bangsa Israel. Hari raya tersebut adalah hari raya roti tidak beragi yang diperingati setelah perayaan paskah sebagai pengingat tentang peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir dengan terburu-buru sehingga menyiapkan bekal roti yang tidak beragi. Praktik perayaan ini adalah selama tujuh hari, ragi dilarang di rumah Israel. Perayaan ini mengingatkan mereka saat mereka keluar dari tanah Mesir secara tergesa-gesa, sehingga hanya dapat membuat roti yang tidak beragi.
Pada
perayaan-perayaan dalam bagian perikop ini bangsa Israel wajib datang kepada
Tuhan dengan membawa persembahan berupa korban ucapan syukur di tempat yang
telah ditentukan. Konsep ini selaras dengan budaya timur dekat kuno yang
membawa persembahan jika datang menghadap pada Raja atau Pribadi yang agung.
Namun, dalam tradisi yang dilakukan oleh bangsa Israel kepada Allah pemberian
berasal dari berkat Allah sendiri, sehingga orang yang mempersembahkannya
semakin diteguhkan dalam perjanjian Allah dengan umat-Nya. Dengan demikian,
pembacaan Firman pada hari ini menunjukkan bahwa perayaan yang dilaksanakan
pada masa timur dekat kuno bukan hanya perayaan untuk mengingat kembali
peristiwa sejarah. Tetapi juga untuk mengingatkan mereka akan karya Allah yang
telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Sehingga dalam perayaan roti tidak beragi
relasi umat Israel dengan Allah semakin bertumbuh.
Saudara, dalam perjalanan iman kita bersama dengan Allah. Mari kita menyadari bahwa perayaan-perayaan dalam kehidupan kita memiliki makna yang dapat membangun relasi kita dengan-Nya. Misalnya: pada saat perayaan ulang tahun mungkin kita sibuk mempersiapkan pesta, undangan, makanan, dll. Hal ini tidak salah, namun seringkali kita menjadi terlalu sibuk dan melupakan bahwa ulang tahun juga merupakan masa dimana kita dapat menaikkan rasa syukur kepada Allah atas karya-Nya bagi kita. Ungkapan syukur di mulai dari masa-masa Allah menenun kita dalam kandungan ibu (Maz. 139 : 13-14) sampai pada masa depan kita bersama-Nya (Yer. 29: 11). Oleh sebab itu, maknai setiap perayaan dalam kehidupan kita dengan mengingat kembali karya Allah dibalik setiap peristiwa yang terjadi sehingga hati kita limpah dengan syukur dan relasi dengan Allah pun semakin bertumbuh.
Saudara,
mari sejenak kita merenungkan firman yang baru saja kita baca. Saudara, apakah
kita telah melihat perayaan yang kita lakukan sebagai bagian dari relasi dengan
Allah? Jika belum maka mulailah berlatih untuk melihat setiap perayaan dalam
kehidupan kita sebagai campur tangan Allah yang ajaib. Ia sudah berkarya dan
akan terus berkarya dalam kehidupan kita. (TH)
Komentar
Posting Komentar