Diundang Dalam Persekutuan Allah

Sabtu, 20 September 2025
Diundang Dalam Persekutuan Allah 
Bacaan Alkitab : Keluaran 24:9-11

Musa, Harun, Nadab, Abihu, dan tujuh puluh tua-tua Israel menaiki gunung untuk menghadap Allah. Di hadapan mereka terbentang pemandangan yang tak terlukiskan—di bawah kaki Allah tampak sesuatu seperti lantai dari batu lazur, biru jernih, berkilau bagai langit yang tanpa awan. Tidak ada manusia yang bisa menggambarkannya dengan sempurna, sebab itu adalah kemuliaan Allah sendiri.

Namun, yang lebih menakjubkan bukan hanya apa yang mereka lihat melainkan apa yang mereka alami. Firman Tuhan mencatat, “Mereka memandang Allah, lalu makan dan minum.” Betapa aneh terdengar kalimat itu. Bagaimana mungkin manusia yang berdosa bisa makan dan minum di hadapan Allah yang kudus, tanpa binasa?

Biasanya, mendekati Allah tanpa syarat yang benar berakhir dengan maut. Namun di sini, Allah tidak menghanguskan mereka, melainkan mengundang mereka untuk duduk, bersekutu, bahkan makan-minum dalam hadirat-Nya. Momen itu menjadi lambang dari perjanjian: Allah bukan hanya Tuhan yang jauh dan ditakuti, tetapi Allah yang dekat, yang ingin berbagi meja dengan umat-Nya.

Perjamuan di gunung itu juga menjadi bayangan dari apa yang kelak digenapi dalam Kristus. Melalui Yesus, kita juga diundang untuk duduk di meja perjamuan Allah. Ketika kita merayakan Perjamuan Kudus, kita mengingat bahwa darah Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk bersekutu dengan Allah tanpa takut. Lebih jauh lagi, kita diarahkan pada janji perjamuan kekal di surga, ketika kita akan makan bersama Anak Domba Allah dalam sukacita yang tidak berkesudahan (Wahyu 19:9).

Saudara yang terkasih, Sudahkah hari engkau memiliki persekutuan yang akrab dengan Tuhan? Renungan ini meneguhkan satu hal penting: hubungan kita dengan Allah bukan hanya soal ritual dan kewajiban, tetapi undangan untuk masuk dalam persekutuan yang intim. Sama seperti duduk makan bersama sahabat adalah tanda keakraban, demikianlah Allah mengundang kita untuk menikmati hadirat-Nya dengan sukacita.

Mungkin hari ini kita merasa Allah terlalu jauh, doa kita terasa hampa, atau ibadah kita sekadar rutinitas. Namun ingatlah, Allah sebenarnya sedang mengundang kita: bukan hanya untuk datang dengan rasa takut, tetapi untuk menikmati hadirat-Nya, untuk makan dan minum bersama-Nya, untuk mengalami kedekatan yang sejati. (FS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah