Dari Kelemahan ke Kemuliaan

Selasa, 30 September 2025
Dari Kelemahan ke Kemuliaan 
Bacaan Alkitab : Keluaran 25:23-25

 

Saudara terkasih, ketika Allah memerintahkan Musa untuk membangun Kemah Suci, setiap detailnya ditetapkan dengan sangat teliti. Tidak ada satu pun yang dibiarkan tanpa ketentuan, bahkan sampai pada ukuran, bahan, dan hiasan terkecil, termasuk meja. Hal ini menunjukkan bahwa Kemah Suci adalah tempat Allah berdiam di tengah umat-Nya.

Salah satu perabot yang diperintahkan Tuhan untuk dibuat adalah meja roti sajian. Meja ini bukan sekadar perabot biasa, melainkan mengandung makna rohani yang mendalam. Meja ini dibuat dengan kayu penaga yang di lapisi emas murni, ini melambangkan kehadiran Allah, kemuliaan dan kekudusan-Nya. Mengapa dilapisi dengan emas? Agar ketika para imam masuk mereka bisa merasakan kehadiran Allah. Karena emas itu melambangkan kehadiran Allah.

Saudara, kayu penaga adalah kayu yang sederhana dan cukup umum ditemukan di padang gurun. Ini berbicara tentang kemanusiaan kita yang rapuh dan terbatas. Kita hanyalah manusia biasa dengan segala kelemahan. Tetapi ketika kayu itu dilapisi emas, ia tidak lagi tampak biasa. Emas melambangkan kemuliaan Allah dan kekudusan-Nya. Dengan demikian, kayu penaga yang dilapisi emas adalah gambaran manusia yang sederhana, tetapi ketika dipenuhi oleh Roh Kudus, hidupnya berubah dan mencerminkan kemuliaan Allah.

Tanpa emas, kayu itu hanyalah kayu biasa. Demikian juga, tanpa Roh Kudus, manusia hanyalah ciptaan yang terbatas. Namun ketika Roh Kudus memenuhi hidup kita, kita ditutupi oleh kemuliaan Allah, sehingga yang tampak bukan lagi kelemahan kita, melainkan karya dan kuasa Allah dalam diri kita.

Saudara, sama seperti meja yang dilapisi emas sehingga para imam dapat merasakan kehadiran Allah demikian juga dengan kehidupan kita yang telah dipenuhi dengan Roh Kudus. Ketika orang melihat kita seharusnya mereka dapat merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Baik itu melalui kasih yang nyata, karakter kita, perkataan kita, dan melalui pelayanan kita. Jadi orang dapat merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan kita bukan terutama lewat apa yang kita klaim, melainkan lewat buah kehidupan yang nyata, sikap hati, dan kasih yang kita bagikan.

Saudara, dalam keseharian kita, apakah orang lain bisa merasakan kehadiran Allah lewat kasih, perkataan, dan sikap hidup kita? Jika belum, biaralah lewat firman Tuhan hari ini kita dibentuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga orang dapat melihat kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Amin. (RT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah