Bukan Sekedar Donasi Tapi Devosi

Rabu, 24 September 2025
Bukan Sekedar Donasi Tapi Devosi 
Bacaan Alkitab : Keluaran 25: 1-9

Dalam Keluaran 25:1-9, Allah memerintahkan Musa agar umat Israel membawa persembahan sukarela untuk membangun Kemah Suci. Daftar persembahan itu bukan sekadar materi berharga seperti emas, perak, kain ungu, atau batu mulia, tetapi sebuah undangan bagi setiap orang untuk ikut ambil bagian dalam karya Allah. Menariknya, Allah tidak memaksa. Ia hanya meminta dari setiap orang yang "tergerak hatinya dengan rela." Artinya, pembangunan tempat Allah berdiam bukan sekadar soal bahan, tetapi tentang hati yang rela memberi.

Dalam ayat ini juga, Kemah Suci menjadi simbol nyata bahwa Allah ingin tinggal di tengah umat-Nya. Bukan hanya sebagai Allah yang jauh di surga, tetapi Allah yang hadir, berjalan, dan menyertai. Kehadiran-Nya itu menjadi pusat ibadah, pusat kehidupan, dan pusat identitas umat. Tanpa Allah di tengah mereka, Israel hanyalah bangsa biasa, tetapi dengan hadirat-Nya mereka menjadi umat pilihan yang kudus dan umat pemenang.

Di sini juga, Tuhan tidak berkata: “Semua orang wajib membawa persembahan!” Ia hanya meminta dari mereka yang hatinya rela. Ada yang membawa emas, ada yang membawa kain lenan, ada pula yang membawa minyak. Setiap orang memberi sesuai apa yang mereka miliki. Tidak semua sama, tetapi setiap persembahan bernilai di mata Tuhan, karena semua itu akan dipakai untuk membangun Kemah Suci—tempat Allah tinggal bersama umat-Nya.

Di sini kita belajar sesuatu yang sangat indah: Allah bukan hanya Allah yang jauh di surga. Ia mau hadir, nyata, dan dekat dengan umat-Nya, bahkan di tengah padang gurun sekalipun. Tapi untuk itu, Ia mengajak umat-Nya memberi. Bukan karena Ia kekurangan, melainkan karena Ia ingin hati mereka terikat dengan hadirat-Nya.

Begitu juga dengan kita hari ini. Tuhan masih rindu “berdiam” dalam hidup kita. Bukan lagi di dalam kemah atau bangunan fisik, melainkan di dalam hati yang rela membuka diri bagi-Nya. Ia tidak menuntut kita semua memberi hal yang sama, tetapi Ia melihat kerelaan hati kita

Saudara, apakah kita masih memandang ibadah dan pelayanan hanya sebagai kewajiban, ataukah kita memberi dengan hati yang rela karena kita rindu Allah berdiam di tengah-tengah kita? Kemah Suci zaman sekarang bukan lagi fisik, melainkan hati kita yang dibangun sebagai bait Allah. Setiap persembahan waktu, tenaga, talenta, dan harta yang kita bawa kepada Tuhan adalah wujud kerinduan agar hadirat-Nya semakin nyata dalam hidup kita. (FS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah