Bukan Rutinitas, tetapi Respons
Bukan Rutinitas, tetapi Respons
Bacaan Alkitab : Keluaran 24: 1-2
Keluaran 24
merupakan salah satu pasal terpenting dalam seluruh Perjanjian Lama. Pasal ini
menguraikan pola ibadah menurut Alkitab dan menetapkan perjanjian Allah dengan
umat-Nya atas dasar darah. Bagian ini diawali dengan pemanggilan Allah terhadap
Musa, Harun, Nadab, Abihu, dan tujuh puluh tua-tua Israel untuk naik
menghadap-Nya. Namun, hanya Musa yang diperbolehkan mendekat.
Saudara, pola ini menunjukkan prinsip dasar
ibadah. Pertama, ibadah selalu dimulai dengan panggilan Allah, dan
bukan inisiatif manusia. Seperti umat Israel dipanggil ke Gunung Sinai,
demikian pula jemaat dipanggil untuk berkumpul di hadapan-Nya (bdk. Mzm. 95:6;
Ibr. 10:22). Kedua, terdapat batas kekudusan yang terlihat dari perintah
untuk menyembah Allah dari jauh. Ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah kudus
dan kekudusannya itu harus dihormati. Karena itulah Kita tidak boleh
menghampiri Dia dengan sembarangan, melainkan dengan hati yang penuh hormat dan
takut akan Dia. Ketiga, dalam ibadah diperlukan seorang
perantara. Musa menjadi perantara antara Allah dan Israel. Dalam Perjanjian
Baru, peran ini digenapi secara sempurna di dalam Kristus, yang merupakan satu-satunya
Pengantara antara Allah dan manusia (1 Tim. 2:5). Karena Kristus, kita dapat
menghampiri Allah dengan penuh keberanian.
Saudara, sering kali kita menganggap ibadah
hanya sebagai rutinitas mingguan atau formalitas saja. Anggapan ini dapat
menjadikan kita hadir dalam ibadah namun tidak sepenuhnya menyadari kehadiran
Allah yang dapat memberkati, memulihkan dan menolong kita. Namun, firman Tuhan
yang baru saja kita baca mengingatkan bahwa ibadah adalah jawaban kita terhadap
panggilan Allah. Oleh sebab itu mari kita datang dengan sikap hormat, kesadaran
akan kekudusan Allah, dan pengakuan bahwa hanya melalui Kristus kita dapat
menghampiri-Nya.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan
firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah kita beribadah karena
sungguh merespons panggilan Allah atau hanya karena kebiasaan? Jika iya mari
kita berdoa, memohon ampun dan mintalah Roh Kudus agar senantiasa mengingatkan
kita agar senantiasa merespons panggilan Allah dengan sikap hormat, dalam
kekudusan-Nya melalui kematian Yesus Kristus. (TH)

Komentar
Posting Komentar