Ruang untuk Bertobat
Ruang untuk Bertobat
Dalam ay. 4 berisi hukum tentang
pencurian lembu, domba atau keledai namun ditemukan masih hidup atau berada
dalam kepemilikan pencuri. Hukuman untuk kejahatan ini adalah membayar ganti
rugi sebanyak 2x lipat. Jenis kejahatan ini sama dengan yang ada pada ay. 1,
hanya karena binatang curian ditemukan hidup dan dapat dikembalikan kembali
pada pemiliknya maka ganti rugi hanya 2x lipat. Hukuman ini dibuat untuk membedakan
antara orang yang mencuri karena terpaksa atau kemiskinan dan orang yang mencuri karena memang pekerjaannya
adalah pencuri. Agar tidak membuat
orang yang mencuri karena terpaksa menjadi lebih miskin karena harus
ganti rugi sebanyak 4-5x lipat (ay. 1) namun tetap memberikan efek jera dengan
membayar ganti rugi hanya 2x lipat.
Saudara, hukuman di atas menunjukkan
bahwa pembalasan atas suatu kejahatan selalu terukur. Tujuan dari pemberian
hukuman adalah untuk memberikan efek jera kepada pelaku pencurian dan bukan
untuk memperkaya korban. Karena, ketika binatang curian ditemukan hidup maka
mungkin saja pencuri sedang mempertimbangkan tindakan apa yang akan dia lakukan
setelah mencuri. Sehingga, ada ruang untuk pertobatan yaitu menyadari kesalahan
dan mengembalikan barang curian tersebut. Dengan demikian, hukuman Allah bukan
merupakan ekspresi kebencian tetapi kasih yang akan mendorong seseorang untuk
bertobat atas kesalahannya.
Saudara, ganjaran Allah kepada
umat-Nya selalu merupakan ekspresi kasih. Dalam ganjaran-Nya, Ia menghendaki
agar kita menyadari kesalahan, mengakui di hadapan-Nya dan mengalami perubahan
tindakan. Hal ini seringkali terluput dari pemahaman kita akan pertobatan.
Pertobatan bukan hanya sekedar mengakui karena kejahatan kita diketahui orang
lain saja tetapi juga karena menyadari kesalahan-kesalahan kita lalu
mengakuinya di hadapan Allah dan mengalami perubahan tingkah laku. Dengan
demikian, mari kita kembali memeriksa pertobatan kita di hadapan Allah. Karena
pertobatan yang diawali dengan kesadaran akan kesalahan, mengakuinya akan
selalu membuahkan hasil dalam tindakan yang menjadi semakin serupa dengan
Kristus.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah kita telah sungguh-sungguh bertobat dari kesalahan-kesalahan kita? Mari kita mengambil waktu sejenak untuk merenungkan kembali pertobatan kita di hadapan-Nya. Jika saat ini kita menemukan diri kita belum mengalami perubahan tingkah laku maka datanglah kepada Allah dan meminta-Nya untuk memimpin saudara dalam pertobatan sejati yang akan menghasilkan buah dalam tindakan kita. (TH)

Komentar
Posting Komentar