Menyiasati Keadilan Allah
Menyiasati Keadilan Allah
Bacaan Alkitab : Keluaran 22: 10-13
Saudara-saudari
terkasih, beberapa waktu yang lalu kita telah belajar mengenai sumpah, baik
melalui Spiritual Life maupun pemberitaan Firman Tuhan dalam ibadah Kebaktian
Umum. Pada dasarnya, Allah menghendaki agar setiap umat-Nya berkata benar dan
jujur, tanpa maksud untuk berbohong atau menipu sesama. Dalam kehidupan orang
percaya, sumpah sebenarnya tidak diperlukan apabila setiap orang senantiasa
berkata jujur dan benar.
Namun
dalam bagian perikop yang kita baca dari Keluaran 22:10-13, kita kembali
menemukan praktik sumpah sebagai sarana untuk menyelesaikan suatu kasus hukum,
khususnya yang berkaitan dengan hewan titipan yang hilang, terluka, atau mati,
sementara tidak ada saksi yang melihat secara langsung kejadiannya. Dalam
kondisi seperti itu, cukup dengan bersumpah di hadapan Allah, maka persoalan
dapat dianggap selesai. Sumpah menjadi bentuk pengakuan di hadapan Allah
sebagai saksi utama dari segala peristiwa yang tersembunyi dari mata manusia.
Saat umat
Tuhan bersumpah dan berkata jujur di hadapan-Nya, itu mencerminkan keyakinan
bahwa Allah adalah saksi yang melihat segala sesuatu, bahkan yang tersembunyi
sekalipun. Allah bertindak sebagai hakim yang adil—yang menyatakan
keadilan-Nya, menghukum yang bersalah, dan membela yang benar. Allah yang sama,
tetap menjadi saksi dan hakim yang adil bagi kita di masa kini.
Sayangnya,
dalam masyarakat modern, banyak yang menganggap bahwa keadilan hanya berlaku
dalam sistem hukum negara saja, dan bahwa Allah tidak lagi terlibat dalam
mengadili umat manusia. Akibatnya, ketika hukum dunia dapat dimanipulasi, orang
merasa bahwa mereka bisa luput dari keadilan—seolah-olah tidak ada lagi sistem
penghakiman lain yang bisa menjerat mereka.
Namun,
saudara-saudari, Allah adalah Hakim atas alam semesta sepanjang segala masa.
Tidak seorang pun dapat melarikan diri dari pengadilan-Nya. Tidak ada yang
dapat menyembunyikan dirinya dari hadapan Allah. Tidak ada pula yang dapat
menipu Dia. Harapan untuk menghindari keadilan Allah adalah semu dan sia-sia.
Oleh karena itu, sebagai umat Tuhan, kita dipanggil untuk hidup dalam kejujuran
dan bersandar sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Percayalah, keadilan Allah tetap
berlaku bagi seluruh umat manusia sepanjang zaman. Amin.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah
anda menganggap bahwa Allah tidak lagi terlibat dalam mengadili umat manusia? (TM)
Komentar
Posting Komentar