Keyakinan Penuh Kepada Allah
Keyakinan Penuh Kepada Allah
Saudara, ayat 18 merupakan bagian pertama dari perikop tentang larangan
untuk melakukan kejahatan keji di hadapan Allah. Larangan pertama yaitu
berkaitan dengan praktik sihir
ditengah-tengah umat Allah. Praktik ini merupakan usaha seseorang yang
mengandalkan kuasa lain selain Allah sehingga dapat digolongkan sebagai suatu
bentuk ibadah palsu. Jika ayat menyebutkan “ seorang ahli sihir perempuan ...”
bukan berarti hanya perempuan saja yang di hukum. Namun, jika ada laki-laki
yang melakukan hal yang sama maka ia harus di hukum mati. Sebab, praktik ini
merupakan kekejian di hadapan Allah serta merusak tatanan ibadah yang menyembah
Allah saja.
Larangan tentang praktik sihir serta hukuman sebenarnya merupakan
realisasi dari hukum pertama yaitu, “Jangan ada padamu Allah lain di
hadapan-Ku” (Kel. 20: 3). Pemanggilan kekuatan yang dilakukan oleh Israel kuno
berupa ramalan masa depan, ilmu tenung atau pemanggilan arwah orang mati.
Merupakan bentuk dualisme sebab menduakan Allah yang sudah memanggil umat-Nya
keluar dari tanah Mesir. Sebab, ketika Allah menghendaki agar penyembahan dalam
ibadah hanya kepada-Nya saja, umat-Nya memberontak dengan menyembah kekuatan
lain. Dengan demikian, praktik sihir merupakan tindakan keji yang merusak
tatanan yang telah Allah letakkan bagi umat-Nya dan karena itu akan mendatangkan
kebinasaan.
Saudara, dalam kehidupan rohani kita bersama dengan Tuhan mungkin kita
pernah memiliki dua keyakinan seperti kisah di atas. Yaitu, mempercayai Allah
sekaligus kekuatan lain selain Allah. Keyakinan kepada Allah dan selain Allah
seperti : kecanggihan teknologi, kepandaian, kekayaan, dll. Contoh dalam
kehidupan sehari-hari misalnya : ketika kita sakit, pada satu sisi kita dapat meyakini
bahwa Allah mampu menyembuhkan kita melalui
bantuan tenaga medis maupun tanpa
bantuan medis. Dan karena itu kita dapat menggunakan jasa tenaga medis
sementara tetap berdoa kepada Tuhan. Sebab
berdoa bagi kesembuhan merupakan wujud iman tentang Allah yang bekerja di balik
segala sesuatu. Dengan demikian, mari kita kembali mengevaluasi iman kita di
hadapan-Nya dan bertumbuhlah dalam iman hanya kepada Allah saja.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah kita sungguh-sungguh mempercayai Allah dan kuasa-Nya dalam kehidupan kita? Mari evaluasi kembali sikap hati kita di hadapan-Nya dan izinkan Roh Kudus untuk menguji serta memurnikan kepercayaan kita. Sehingga, pertumbuhan iman kita terus berlangsung dengan baik sampai kita menuju pada kesempurnaan kepada Allah. (TH)
Komentar
Posting Komentar