Dusta adalah Jebakan
Dusta adalah Jebakan
Dalam ayat 9 dituliskan tentang
pertengkaran yang disebabkan oleh barang yang dipertanyakan kepemilikannya.
Barang-barang tersebut adalah hewan ternak seperti lembu, keledai, domba, atau
sehelai pakaian. Ketika barang-barang tersebut ditemukan dan ada seseorang
bahwa barang itu adalah miliknya maka perkara tersebut harus di bawa ke hadapan
Allah. Maksud dari ayat ini adalah untuk menyelesaiakan sengketa kepemilikan
hewan-hewan ternak tersebut.
Saudara,
seorang hakim dapat menentukan siapa pemilik barang tersebut dan siapa yang
membayar ganti rugi. Keadilan akan terwujud jika orang yang mengaku bahwa
barang tersebut dapat membuktikan hal ini. Maka, temannya yang memegang barang
tersebut harus membayar ganti rugi sebesar 2x lipat. Hukum ini mengingatkan
kita akan pentingnya kejujuran. Kejujuran adalah adanya kesesuaian antara
perkataan dan tindakan atau menyatakan kebenaran, tanpa tipu daya, atau manipulasi.
Dalam hukum di atas, kejujuran seharusnya ditunjukkan oleh orang yang menemukan
barang lalu mengembalikan kepada si pemilik tanpa adanya keinginan untuk
menyimpan dan memiliki barang tersebut. Namun, karena orang yang menemukan
berbohong maka dia diwajibkan untuk membayar ganti rugi.
Saudara
demikian juga dalam kehidupan kita sehari-hari, ada konsekuensi yang kita
terima ketika berbohong. Misalnya : ketika kita berbohong maka hubungan akan
sulit untuk dipulihkan, jika terbiasa berbohong maka hati nurani akan rusak,
bahkan dalam wahyu 2: 18 dituliskan
bahwa, “…orang-orang penakut… dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
di dalam lautan yang menyala-nyala…” Dengan demikian, mari latih diri kita
untuk hidup dalam kejujuran sehingga berkat Allah akan senantiasa mengalir
dalam kehidupan kita.
Saudara,
mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara kapan
terakhir kali kita tergoda untuk berbohong, dan bagaimana kita meresponsnya?
Mari akui kebohongan kita di hadapan Allah dan meminta-Nya untuk mengampuni
kita. Lalu, hiduplah dalam kejujuran senantiasa. (TH)
Komentar
Posting Komentar