Dikenal Tapi Tidak Terjangkau

Senin, 21 Juli 2025
Dikenal Tapi Tidak Terjangkau 
Bacaan Alkitab : Keluaran 20 : 18 - 19

Saudara, ayat yang kita baca menceritakan respons bangsa Israel yang menyaksikan langsung manifestasi kehadiran Allah yaitu berupa guruh, bunyi sangkakala dan gunung berasap. Mereka gemetar dan berdiri jauh lalu berkata agar Musa saja yang berbicara kepada Allah sehingga mereka tidak mati. Ini adalah pengalaman melihat penampakan Allah pertama yang mereka alami karena sebelumnya mereka hanya mendengar suara Allah lewat Musa sebagai perantara. Fenomena alam yang terjadi itu merupakan simbol bagaimana kekudusan dan kemuliaan Allah yang sangat besar.

Respons bangsa Israel bukan sekadar ketakutan, tetapi rasa gentar yang disertai dengan penghormatan yang mendalam. Mereka memilih untuk menjaga jarak karena sadar akan siapa yang ada di hadapan mereka. Ketakutan mereka lahir dari kesadaran bahwa kehadiran Allah bukan sesuatu yang dapat diperlakukan sembarangan. Sikap ini menunjukkan bahwa di balik ketakutan mereka ada hormat, kekaguman, dan pengakuan bahwa Allah tidak bisa didekati secara sembarangan oleh manusia berdosa. Pengalaman ini menjadi cara Allah memperkenalkan diri-Nya yang transenden yaitu jauh, agung dan tidak tersentuh oleh ciptaan yang berdosa. Namun di saat yang sama, Dia pun Allah yang imanen yaitu Dia ingin dekat dengan umat-Nya dan berbicara kepada mereka. Ketakutan mereka adalah respons yang benar karena itu menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap remeh hadirat Allah. Mereka mungkin berdiri jauh, tetapi hati mereka gentar karena tersentuh oleh kehadiran yang begitu kudus.

Saudara, bagi orang percaya saat ini, pengalaman bersama Tuhan mungkin tidak dalam bentuk guruh, gunung berasap atau kilat tapi tetap memiliki makna yang sama. Setiap pengalaman bersama Tuhan harus selalu melahirkan kekaguman dan hormat yang kudus di hadapan Allah. Hubungan dengan Allah adalah misteri antara kedekatan dan kekaguman. Ketika kita menyapa Tuhan sebagai “Bapa” maka kita melihat Dia sebagai Pribadi yang dekat tapi juga sekaligus Mahakudus, tidak terhingga dan tak bisa dipahami sepenuhnya. Kita perlu membangun kesadaran bahwa Allah memang dekat tapi Dia tidak dapat didekati dengan sembarangan. Karena itu, marilah kita datang kepada-Nya dengan rendah hati, sikap yang hormat dan hidup yang dipenuhi ketaatan. Biarlah setiap ibadah, doa dan perenungan Firman menjadi momen di mana kita menyadari kemuliaan Allah yang hadir di tengah-tengah kita. Kita terbiasa datang dalam doa, ibadah, dan pembacaan Firman tanpa kesadaran bahwa kita sedang berhadapan dengan Pribadi yang Mahakudus, Pencipta langit dan bumi.

Saudara, apakah saudara sudah memiliki rasa gentar dan hormat yang kudus setiap kali datang ke hadirat Tuhan? Ataukah saudara mulai menganggap Tuhan terlalu biasa dan mudah saja untuk didekati? Mari kita memeriksa kembali sikap hati saat kita datang ke hadirat Tuhan. Kiranya Tuhan memberikan kita kekuatan agar di dalam doa, ibadah dan pembacaan Firman kita menyadari bahwa kita sedang berhadapan dengan Pribadi yang Mahakudus.(DS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah