Manusia Lama
Manusia Lama
Saudara pada awal minggu ini, kita memasuki tulah
kesembilan yaitu gelap gulita. Tuhan berfirman kepada Musa untuk mengulurkan
tangannya ke langit sehingga gelap gulita meliputi tanah Mesir. Musa
melaksanakan seperti yang diperintahkan oleh Tuhan dan seketika itu juga Mesir
menjadi gelap. Sehingga, setiap orang tidak dapat melakukan aktivitasnya dan
tidak dapat bangun dari tempatnya atau melihat orang-orang di sekitarnya.
Merespons hal ini, Firaun memanggil Musa dan mengizinkan anak-anak dapat ikut
beribadah tetapi hewan ternak mereka harus ditinggalkan (ay. 21-24).
Saudara, Mesir adalah negara yang menyembah banyak dewa.
Dewa tertinggi yang mereka sembah adalah dewa matahari atau Amon-Re. Dewa
matahari dipercaya sebagai pencipta mereka dan jika matahari terbit maka
merupakan penegasan kekuatan dari sang pemberi kehidupan. Dan, bagi bangsa
Mesir kekuatan sang pencipta mereka tidak akan pernah dapat dikalahkan. Allah
Israel kemudian menghancurkan kekuatan tersebut dengan tidak mengizinkan
matahari terbit sehingga kegelapan meliputi seluruh tanah Mesir, kecuali daerah
yang didiami oleh bangsa Israel. Peristiwa ini mengguncangkan seluruh tanah
Mesir namun Firaun mengeraskan hati meskipun ia mengizinkan agar anak-anak
dapat dibawa untuk beribadah. Saudara, tulah kesembilan ini terjadi tanpa
peringatan sebelumnya serta matahari tiba-tiba tidak terbit di tanah Mesir
selama 3 hari. Allah tidak memberikan peringatan sebab Firaun sudah mengetahui
ada pola kerja Allah yaitu jika ia mengeraskan hati maka Allah akan memberikan
hukuman. Karena itulah, sebelum tulah ke-9 Allah tidak memberikan peringatan
seperti tulah-tulah sebelumnya.
Saudara,
demikian juga dalam kehidupan kita bersama dengan Allah. Tentunya kita memiliki
pengetahuan tentang dosa serta konsekuensi dari tindakan-tindakan dosa. Tetapi,
dengan sengaja kita tetap memilih untuk tidak taat kepada Allah. Sebab dalam
diri kita masih ada sisa tabiat dosa yang masih dalam proses pengudusan. Sisa tabiat
dosa yang ada dalam diri kita ini bukanlah suatu bentuk pembenaran diri ketika
melakukan dosa. Misalnya : kita menganggap diri tidak sadar ketika mengambil
pilihan-pilihan dosa padahal kita dapat berkata tidak ketika godaan dosa itu
muncul. Dengan demikian, ketika kita menerima konsekuensi dari dosa maka
akuilah itu sebagai kesalahan. Lalu kembali hidup dalam ketaatan kepada Allah
senantiasa.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah ada pilihan yang sengaja kita lakukan untuk memberontak kepada Allah? Jika ada. Mari datanglah kepada Allah, memohon ampun kepada-Nya lalu kembali hidup dalam ketaatan kepada Allah senantiasa. (TH)

Komentar
Posting Komentar