Manusia Lama

Senin, 7 April 2025
Manusia Lama 
Bacaan Alkitab : Keluaran 10: 21-24

          Saudara pada awal minggu ini, kita memasuki tulah kesembilan yaitu gelap gulita. Tuhan berfirman kepada Musa untuk mengulurkan tangannya ke langit sehingga gelap gulita meliputi tanah Mesir. Musa melaksanakan seperti yang diperintahkan oleh Tuhan dan seketika itu juga Mesir menjadi gelap. Sehingga, setiap orang tidak dapat melakukan aktivitasnya dan tidak dapat bangun dari tempatnya atau melihat orang-orang di sekitarnya. Merespons hal ini, Firaun memanggil Musa dan mengizinkan anak-anak dapat ikut beribadah tetapi hewan ternak mereka harus ditinggalkan (ay. 21-24).

          Saudara, Mesir adalah negara yang menyembah banyak dewa. Dewa tertinggi yang mereka sembah adalah dewa matahari atau Amon-Re. Dewa matahari dipercaya sebagai pencipta mereka dan jika matahari terbit maka merupakan penegasan kekuatan dari sang pemberi kehidupan. Dan, bagi bangsa Mesir kekuatan sang pencipta mereka tidak akan pernah dapat dikalahkan. Allah Israel kemudian menghancurkan kekuatan tersebut dengan tidak mengizinkan matahari terbit sehingga kegelapan meliputi seluruh tanah Mesir, kecuali daerah yang didiami oleh bangsa Israel. Peristiwa ini mengguncangkan seluruh tanah Mesir namun Firaun mengeraskan hati meskipun ia mengizinkan agar anak-anak dapat dibawa untuk beribadah. Saudara, tulah kesembilan ini terjadi tanpa peringatan sebelumnya serta matahari tiba-tiba tidak terbit di tanah Mesir selama 3 hari. Allah tidak memberikan peringatan sebab Firaun sudah mengetahui ada pola kerja Allah yaitu jika ia mengeraskan hati maka Allah akan memberikan hukuman. Karena itulah, sebelum tulah ke-9 Allah tidak memberikan peringatan seperti tulah-tulah sebelumnya.

Saudara, demikian juga dalam kehidupan kita bersama dengan Allah. Tentunya kita memiliki pengetahuan tentang dosa serta konsekuensi dari tindakan-tindakan dosa. Tetapi, dengan sengaja kita tetap memilih untuk tidak taat kepada Allah. Sebab dalam diri kita masih ada sisa tabiat dosa yang masih dalam proses pengudusan. Sisa tabiat dosa yang ada dalam diri kita ini bukanlah suatu bentuk pembenaran diri ketika melakukan dosa. Misalnya : kita menganggap diri tidak sadar ketika mengambil pilihan-pilihan dosa padahal kita dapat berkata tidak ketika godaan dosa itu muncul. Dengan demikian, ketika kita menerima konsekuensi dari dosa maka akuilah itu sebagai kesalahan. Lalu kembali hidup dalam ketaatan kepada Allah senantiasa.  

Saudara, mari sejenak kita merenungkan firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah ada pilihan yang sengaja kita lakukan untuk memberontak kepada Allah? Jika ada. Mari datanglah kepada Allah, memohon ampun kepada-Nya lalu kembali hidup dalam ketaatan kepada Allah senantiasa. (TH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah