Penyesalan yang Mengubahkan
Penyesalan yang Mengubahkan
Dalam bagian akhir kisah tentang hujan es ini, kita dapat
melihat bahwa meskipun Allah mengabulkan doa Musa dengan cara menghentikan
hujan es. Firaun juga melihat hujan es dan guruh telah berhenti, namun ia tetap
memutuskan untuk berdosa dengan cara mengeraskan hati. Firaun tetap tidak
mengizinkan Musa membawa bangsa Israel pergi dari Mesir (ay. 34-35).
Saudara, penyesalan dan pertobatan merupakan dua hal yang
berbeda. Penyesalan memang dapat menjadi sarana yang digunakan Allah untuk
membawa seseorang kepada pertobatan. Tetapi, penyesalan sendiri bukanlah
pertobatan sejati. Dalam kisah yang baru kita baca, penyesalan Firaun terjadi
karena merasa sedih saat menerima konsekuensi dosa yaitu tulah-tulah (ay. 27).
Kesedihan ini timbul bukan karena Firaun menyadari bahwa ia telah berbohong
kepada Musa tetapi karena penderitaan yang dialami oleh diri sendiri. Sedangkan,
pertobatan sejati adalah perubahan diri yang terjadi setelah melihat dampak
dosa yang kita lakukan terhadap diri sendiri dan juga sesama sehingga tidak mau
lagi menyakiti sesama. Dalam kisah Firaun dan Musa, Firaun menyadari
kebohongannya kepada Musa berulang-ulang kali (Kel. 8: 28-32; 9: 27-35; 10:
16-20). Hal ini sebenarnya menunjukkan bahwa dalam pertobatan sejati mengandung
unsur kasih kepada sesama sebab pertobatan atau perubahan hidup juga disertai
dengan keinginan untuk tidak lagi menyakiti sesama.
Sebagai contoh misalnya seseorang yang mencuri, ia tidak akan mencuri lagi atau menjadi seseorang yang “tomat” atau tobat kumat. Sebab setelah menyadari bahwa perbuatannya salah ia juga melihat penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang menjadi korbannya seperti: kehilangan harta benda bahkan mungkin nyawa. Sehingga, ia mengambil keputusan untuk tidak ingin lagi melakukan kejahatan. Dengan demikian, mari putuskan untuk meninggalkan dosa-dosa kita, menyesali dampaknya dan tidak lagi menyakiti sesama.
Saudara,
mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita baca. Saudara, apakah
penyesalan akibat dosa dalam diri kita merupakan tanda pertobatan sejati? Jika
bukan. Mari berdoa dan meminta Allah untuk melembutkan hati kita sehingga
sepenuhnya kita menyadari perbuatan dosa yang kita lakukan serta dampaknya pada
sesama. (TH)
Komentar
Posting Komentar