Kesediaan untuk Dibentuk Allah
Kesediaan untuk Dibentuk Allah
Bacaan Alkitab : Keluaran 5: 1-4
Saudara dalam pasal 5 ayat 1-4 ini,
kita dapat melihat bahwa Musa dan Harun menghadap Firaun. Mereka meminta agar
Firaun mengizinkan bangsa Israel untuk beribadah kepada Allah Israel. Raja
Firaun menolak permintaan tersebut dengan menyatakan bahwa ia tidak mengenal
TUHAN yang dimaksudkan Musa dan Harun. Merespons hal ini Musa dan Harun
memperkenalkan TUHAN yang mereka sembah dengan sebutan “Allah Ibrani” sehingga
membedakan-Nya dengan dewa-dewa sembahan Mesir. Namun, Raja Firaun menolak
permintaan mereka dan meminta Musa dan Harun untuk kembali bekerja.
Saudara, ada satu hal yang menarik
dari bagian awal kisah ini yaitu Musa, seorang penakut mulai menunjukan
keberaniannya untuk berbicara kepada Firaun. Jika kita mengingat kembali dalam
kisah-kisah sebelumnya, yaitu Musa lari ke tanah Midian setelah membunuh
seorang Mesir dan menyembunyikannya (Kel. 2: 11-22). Selain itu, 5 kali juga Musa menolak
panggilan Allah karena ketidakpercayaan serta ketakutan-ketakutan (Kel. 3-4). Allah
menumbuhkan iman Musa melalui berbagai pengalaman mujizat spektakuler seperti :
tongkat yang berubah menjadi ular serta tangan kusta yang sembuh seperti
sediakala (Kel. 4: 4-6). Dianggap
spektakuler sebab, wilayah Mesir diyakini dikuasai oleh dewa-dewa Mesir
sehingga perbuatan ajaib hanya dapat dilakukan oleh dewa-dewa tersebut. Namun,
“Allah Ibrani” dapat melakukan perbuatan ajaib di Mesir. Musa merespons
pengalaman-pengalaman ini dengan iman, sehingga keberaniannya semakin bertumbuh
dan ia menjadi lebih percaya diri untuk berbicara dengan Firaun. Hal ini
menunjukkan bahwa kesediaan untuk dibentuk melalui pengalaman menjadikan Musa
seorang yang pemberani.
Saudara,
ada berbagai cara Allah mendidik umat-Nya. Hari ini kita diingatkan salah satu
cara yang Allah gunakan yaitu melalui pengalaman-pengalaman dalam kehidupan
kita. Pengalaman tersebut tidak harus selalu merupakan pengalaman yang
spektakuler namun pengalaman biasa dalam keseharian kita. Misalnya : jika kita
kurang sabar maka bisa saja Allah mengizinkan pengalaman yang dapat memicu
amarah kita seperti : ada orang yang menyela antrean kita, pelayan restoran
yang tidak mencatat pesanan kita dengan baik, anak-anak yang terus menerus
melakukan kenakalan, pengemudi yang menyenggol kendaraan kita dll. Kesediaan
kita untuk dibentuk dapat ditunjukkan dengan cara kita merespons
pengalaman-pengalaman ini dengan terus menerus bersabar. Dengan demikian maka sifat
kita yang dipenuhi amarah akan berubah menjadi sabar. Oleh karena itu, mari
miliki hati yang bersedia untuk dibentuk melalui pengalaman kehidupan kita.
Karena respons terhadap pengalaman-pengalaman itulah yang akan menjadikan kita
semakin bijaksana juga serupa dengan Kristus.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah kita bersedia dibentuk Allah melalui pengalaman-pengalaman yang kita temui? Mari respons pengalaman kehidupan kita dengan tepat sehingga kita mengalami perubahan menjadi semakin serupa dengan Kristus. (TH)
Komentar
Posting Komentar