Wisdom of The Leader
Wisdom of The Leader (Kebijaksanaan Seorang Pemimpin)
Saudara pada masa-masa akhir
kehidupan Yakub, ia memanggil Yusuf dengan tujuan untuk memberkati Manasye dan
Efraim, anak-anak Yusuf. Pada ay. 5-6 berisi keputusan Yakub untuk mengambil
Manasye dan Efraim sebagai anak-anaknya dan memberikan mereka bagian warisan
yang berasal dari Yakub. Hal ini dilakukan oleh Yakub sebab dua hal yaitu : pertama,
Yakub berusaha mengembalikan hari-hari yang pernah hilang antara dirinya dan
Yusuf ketika Yusuf dinyatakan meninggal oleh saudara-saudaranya (Kej. 37:
32-35). Yusuf tidak lagi merasakan kehangatan dalam keluarga juga kehilangan
kedudukan sebagai anak Yakub sebab dianggap meninggal. Dengan demikian, Yakub mengembalikan
kehormatan dan kedudukan Yusuf yang hilang dalam keluarganya melalui
pengangkatan Manasye dan Efraim. Pengangkatan ini menjadikan Manasye dan Efraim
setara dengan keturunan Yakub yang lainnya. Kedua, pengangkatan
Manasye dan Efraim juga merupakan suatu tindakan untuk mencegah timbulnya
konflik antara anak-anaknya di masa yang akan datang. Konflik tersebut adalah
Yusuf membalaskan dendamnya kepada saudara-saudaranya setelah Yakub meninggal.
(Kej. 50: 15). Sehingga, meskipun konflik tidak dapat dihindari di masa yang
akan datang. Tetapi, anak-anak Yakub akan tetap memiliki apa yang menjadi
warisan mereka.
Saudara, melalui doa berkat yang
diberikan Yakub kepada cucu-cucunya ini. Kita melihat adanya kebijaksanaan
Yakub sebagai pemimpin keluarga dalam mempersiapkan masa depan bagi keluarga
besarnya. Ia memikirkan dengan seksama dan matang bagaimana keluarga Yusuf
memiliki kembali kedudukan dan warisannya dalam keluarga serta mengantisipasi
terjadinya konflik setelah kematiannya. Sikap ini mengajarkan kepada setiap
kita bagaimana seharusnya sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, pekerjaan
dan pelayanan juga agar dapat bertindak bijaksana dengan cara memikirkan
kebaikan bagi semua orang yang kita pimpin. Misalnya : membuat keputusan yang
akan memberikan dampak yang baik kepada semua orang; mengatasi konflik dengan
mencegah kemungkinan kerugian yang akan terjadi; dll. Dengan demikian, mari
tumbuhkan kebijaksanaan dalam bersikap sebagai seorang pemimpin dan mintalah
Allah menolong kita dalam proses pertumbuhan tersebut.
Saudara, mari sejenak kita
merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, sudahkah kita
merendahkan hati di hadapan Allah dan meminta pertolongan-Nya dalam pertumbuhan
menjadi pemimpin yang bijaksana? Jika belum. Mari datang kepada Allah dan
mintalah pertolongan-Nya sehingga kita menjadi semakin bijaksana dalam setiap
keputusan-keputusan yang kita buat. (TH)
Komentar
Posting Komentar