Dukungan dalam Keluarga
Dukungan dalam Keluarga
Saudara, ayat-ayat yang kita baca merupakan lanjutan dari kalimat Yehuda yang berisi permohonan agar Benyamin tidak di tahan di Mesir. Ia menjelaskan bahwa dalam waktu yang lama ayahnya telah berduka karena kehilangan anak yang dikasihinya yaitu Yusuf. Jika sekarang ayahnya yang sudah tua itu harus kehilangan Benyamin maka pasti ia akan sangat terpukul bahkan mati karena kesedihan tersebut. Apalagi sebelum pergi ke Mesir, Yehuda sudah berjanji pada ayahnya bahwa jika sampai ia gagal membawa pulang Benyamin maka ia akan menanggung dosa seumur hidupnya. Oleh sebab itu, Yehuda menawarkan bagaimana kalau dirinya saja yang bertanggung jawab menggantikan adiknya.
Penjelasan Yehuda dalam ayat ini menunjukkan bahwa ia sangat peka terhadap perasaan Yakub dan memahami betapa berharganya Benyamin bagi ayahnya. Yahuda memahami kondisi emosional ayahnya yang tidak stabil dan sangat terikat dengan Benyamin, terutama setelah kehilangan Yusuf. Sehingga jika sampai Benyamin sekarang tidak pulang maka hal itu pasti akan membawa duka mendalam bahkan menyebabkan kematian ayahnya. Di sini Yehuda bukan sekedar peduli terhadap janji yang sudah dibuatnya. Tapi Yehuda juga memikirkan bagaimana kondisi mental dan fisik ayahnya.
Saudara melalui sikap
Yehuda dalam ayat ini, kita dapat mengambil pelajaran penting mengenai hubungan
dalam keluarga. Seperti Yehuda yang memahami bagaimana perasaan dan kondisi
emosional ayahnya maka kita juga dapat melakukan hal yang sama. Kita dapat
menunjukkan empati dengan memahami perasaan dan kebutuhan emosional anggota
keluarga yang lain. Terutama saat mereka berada dalam situasi yang sulit.
Misalnya dengan menanyakan bagaimana perasaan mereka atau bersedia mendengarkan
dengan serius dan mencoba memahami ketika mereka berbicara mengenai kebutuhan
atau kekhawatiran yang dirasakan. Mari kita menyadari bahwa bukan sebuah
kebetulan jika Tuhan menempatkan kita dalam sebuah keluarga. Sebab Tuhan pun
menginginkan agar kita menjadi penolong dan pendukung bagi anggota keluarga
yang lain. Marilah kita meminta pertolongan dan bimbingan Roh Kudus sehingga
kita dapat saling menopang di dalam keluarga.
Saudara, bagaimanakah sikap
saudara kepada keluarga selama ini? Sudahkah saudara berusaha menunjukkan
empati dengan memahami perasaan dan kebutuhan emosional anggota keluarga yang
lain? Jika belum. Maka marilah datang kepada Tuhan dan meminta hikmat dan
bimbingan-Nya sehingga kita dapat menjadi penolong dan pendukung bagi anggota
keluarga yang lain. Dan mari meminta kekuatan dari Roh Kudus sehingga kita
dapat menjadi berkat di dalam keluarga. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati dan
melindungi keluarga kita di mana pun mereka berada. (MS)
Komentar
Posting Komentar