The Goodness of GOD
The Goodness of GOD
Saudara, pada perikop ini kita
membaca Yusuf telah mencapai keberhasilan dalam pekerjaannya di rumah Potifar,
karena Allah menyertainya dan memberkati semua pekerjaan tangannya. Dari
seorang budak belian, Yusuf telah menjadi orang kepercayaan di rumah Potifar
sang kepala pengawal raja Mesir. Apapun yang dia kerjakan di dalam rumah maupun
di ladang miliki Potifar Allah memberkatinya. Yusuf telah menjadi pekerja
sekaligus administrator yang baik. Ayat 6 menuliskan Yusuf adalah seorang yang
manis sikapnya dan elok parasnya. Seorang pekerja yang terampil dengan perilaku
yang baik dan berpenampilan menarik.
Semua kebaikan itu tidak serta merta
membuat kehidupan menjadi mulus, mudah dan menyenangkan. Justru karena menjadi
pribadi yang baik dan menarik membuat istri Potifar tertarik lalu memaksa Yusuf
untuk melakukan perbuatan berdosa. Tetapi Yusuf mulai menyadari bahwa apa yang
dulu dia dapatkan dalam mimpinya, mulai tergenapi dalam perjalanan hidupnya.
Tanpa pertolongan dan campur tangan Tuhan tidak mungkin dia sampai pada
jabatannya sekarang ini. Maut dan celaka bisa saja mendapatinya ketika jatuh ke
dalam sumur, dan dalam perjalanannya sebagai budak. Tapi Tuhan menjauhkan
semuanya itu. Maka dengan tegas Yusuf menolak ajakan berdosa itu. Yusuf
menyadari bahwa tangan Tuhan yang membawanya sejauh ini. Pertolongan dan berkat
Tuhan-lah yang membuatnya berhasil. Yusuf tidak mau berdosa terhadap Tuhan.
Saudara, apakah saat ini
keberhasilan dan pertolongan Tuhan telah membawa anda dalam keadaan yang baik?.
Apakah anda melihat tangan Tuhan memberkati pekerjaan tangan saudara? Hingga
keluarga, anak dan istri/suami dalam keadaan baik dan sejahtera?. Mari tetap
memiliki kesadaran bahwa penyertaan, kebaikan
dan pertolongan Tuhan-lah dibalik semua ini. Ketika
kehidupan bisa menjadi baik karena ditopang oleh kebaikanNya, masihkah memiliki
“keberanian” untuk berdosa kepada Allah?. Kiranya hati kita senantiasa
penuh dengan pengucapan syukur kepada Allah, gentar dan kagum akan
penyertaanNya. (TM)
Refleksi : Ketika kehidupan saudara menjadi baik karena ditopang oleh kebaikanNya, masihkah memiliki “keberanian” untuk berdosa kepada Allah?
Komentar
Posting Komentar