Menghakimi Diri Sendiri dan Orang Lain
Menghakimi Diri Sendiri dan Orang Lain
Saudara
bagian ke-3 dalam kisah tentang Yehuda dan Tamar dimulai dengan Yehuda meminta
tolong Adulam, sahabatnya. Untuk memberikan anak kambing kepada perempuan yang
dititipkan barang-barangnya namun Adulam tidak berhasil menemukannya (ay.
21-23). Tiga bulan kemudian, Yehuda menerima kabar bahwa Tamar menantunya telah
hamil karena melacurkan diri. Merespons berita ini, Yehuda memerintahkan
hamba-hambanya untuk membawa Tamar untuk dihukum dengan cara dibakar. Sembari dibawa keluar kemah, Tamar menyuruh
orang untuk menyampaikan pesan tentang ayah bayinya dengan cara menitipkan cap
materai, kalung dan tongkat untuk diberikan kepada Yehuda. Setelah melihat
benda-benda itu, Yehuda berkata, “Perempuan itu lebih benar daripada aku,
karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.” (ay. 24-26).
Saudara,
sikap Yehuda terhadap berita perzinaan yang dilakukan Tamar. Mengingatkan kita bahwa manusia
seringkali lebih cepat menghakimi sesamanya tanpa melihat kesalahan sendiri.
Bahkan, hukum yang diberikan oleh Yehuda kepada Tamar termasuk hukuman yang
cukup berat pada masa itu. Sikap ini berawal dari kesombongan yang menganggap
diri lebih baik daripada orang lain. Sehingga, dengan sekuat tenaga berusaha
menyembunyikan dosanya dan menjadi sangat reaktif terhadap dosa orang lain. Dan
sebagai akibatnya ketika Tamar mengeluarkan cap, materai dan tongkat, Yehuda
kemudian baru menyadari bahwa dirinya-lha yang berzina dengan Tamar. Sehingga, dirinya sama bersalahnya dengan
Tamar.
Dengan demikian,
renungan hari ini mengingatkan kita untuk menumbuhkan sikap rendah
hati dalam diri kita. Sikap ini dapat
menolong kita agar dengan mudah menyesali dosa yang kita lakukan. Dan, tidak menjadi reaktif serta memandang buruk dosa orang
lain namun dengan penuh kasih dapat menolongnya untuk menyadari dosa dan
kembali kepada kebenaran Allah.
Saudara, mari
sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, bagaimana
respons kita terhadap dosa yang dilakukan sesama? Jangan izinkan kesombongan melingkupi hati dan pikiran kita sehingga
melupakan bahwa sesama kita juga memerlukan Yesus Kristus sebagai jalan
keselamatan baginya. (TH)
Komentar
Posting Komentar