Melupakan : Kerapuhan Sifat Manusia
Melupakan : Kerapuhan Sifat Manusia
Saudara,
Yusuf adalah seorang pemuda yang memiliki tiga bagian kisah hidup yang
menyedihkan. Pertama, saat Yusuf dijual ke Mesir (Kej. 37); kedua, difitnah
(Kej. 39) dan ketiga saat ia dilupakan oleh juru minuman yang telah ditolongnya
(Kej. 40: 23). Dalam ay. 23 ditulis sebanyak 2 kali bahwa, “…juru minuman itu
tidak ingat lagi kepada Yusuf; ia lupa kepadanya.” Dalam pengertian bahasa
Ibrani, Kata “tidak ingat” (=lo zakar) dan “lupa” (=shakach)
merupakan kata kerja yang pada dasarnya mengatakan hal yang sama yaitu
melupakan dan mengabaikan. Dengan demikian, akhir perikop ini menunjukkan bahwa
juru minuman mengabaikan kebaikan Yusuf yang telah membuatnya bebas dari
penjara.
Saudara,
sikap melupakan dari sang juru minuman sebenarnya merupakan kerapuhan sifat
manusia yang juga dapat dialami semua orang. Hal ini bukan berarti bahwa kita
tidak perlu mengharapkan pertolongan dari orang lain. Karena, jika kita membaca
kisah Yusuf secara keseluruhan. Kita mengetahui bahwa sikap melupakan dari juru
minuman ini menunjukkan, bahwa Tuhan sedang “menunda” pembebasan Yusuf. Karena
pada Kej. 41: 9-13, juru minuman tersebut
kemudian menyebutkan nama Yusuf di hadapan Firaun dan menjadikannya
penguasa di Mesir. Oleh sebab itu, bukanlah kebaikan manusia yang kita andalkan
tetapi kebaikan Tuhan senantiasa dalam menghadapi situasi kehidupan kita.
Saudara,
ada banyak hal yang Tuhan
izinkan terjadi dalam kehidupan kita.
Peristiwa-peristiwa yang menyenangkan serta juga peristiwa-peristiwa
menyedihkan yang tidak kita harapkan
sama sekali. Misalnya: kehilangan orang yang dikasihi, sakit penyakit yang
sulit disembuhkan, atau bahkan seperti Yusuf yang dilupakan oleh orang yang
diharapkan untuk memberikan pertolongan. Biarlah kisah Yusuf ini mengingatkan
bahwa hanya Tuhan saja yang dapat kita andalkan. Karena, Ia mengetahui yang
terbaik bagi anak-anak-Nya. Dengan demikian, mari andalkan Tuhan saat kita
menghadapi pergumulan dan nantikanlah pertolongan-Nya senantiasa.
Saudara,
mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara,
siapakah yang kita andalkan saat menghadapi pergumulan? Mari, koreksi hati kita
dengan jujur di hadapan Allah. Dan jika seringkali yang kita andalkan adalah
manusia. Maka, mintalah Roh Kudus untuk membimbing dan mengingatkan kita akan
Tuhan sebagai Pribadi yang dapat kita andalkan senantiasa. (TH)
Komentar
Posting Komentar