Sunat Sebagai Tanda Perjanjian Allah dengan Abraham (5)

Jumat, 15 Maret 2024                                    

Sunat Sebagai Tanda Perjanjian Allah dengan Abraham (5)

Bacaan Alkitab : Kejadian 17 : 23 - 27


 

Saudara, dalam bagian terakhir perikop ini kita melihat ketaatan Abraham pada perintah Allah. Di ayat sebelumnya Abraham menerima perintah Allah yaitu untuk bersunat. Hukum sunat ini dilakukan dengan tujuan sebagai perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Sekaligus untuk membedakan mereka dari orang lain yang tidak mengenal Allah. Mari kita lihat beberapa sikap Abraham yang menunjukkan ketaatannya pada perintah untuk bersunat ini. Pertama, segera dilakukan (ay. 23, 26). Abraham tidak menunda-nunda untuk melakukan perintah Allah ini. Saat menerima perintah tersebut maka pada hari itu juga ia melakukannya. Sikap Abraham ini menunjukkan ketaatannya pada Allah.

Kedua, mengajak semua orang di rumahnya. Abraham bukan hanya melakukan perintah ini sendiri. Tapi ia mengajak semua orang dalam rumahnya untuk menaati Allah. Ketiga, tetap taat meskipun beresiko. Abraham mengambil keputusan untuk taat meskipun ada beberapa resiko yang harus ia tanggung. Misalnya, rasa sakit yang harus ia alami beberapa waktu setelah disunat, rasa malu yang harus ia tanggung karena disunat di usia yang cukup tua yaitu 90 tahun dan risiko terberat ialah dimanfaatkan oleh lawan. Kondisi setelah disunat membuat mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Sehingga dapat menjadi celah bagi orang-orang Kanaan atau Feris yang ada di negeri itu untuk menyerang mereka. Tapi risiko tersebut tidak menghalangi dia untuk taat pada perintah Allah.

Saudara, sebagai orang percaya tentu kita sudah memahami apa saja perintah Allah yang harus kita lakukan setiap hari. Namun seringkali kita menunda-nunda untuk melakukan perintah tersebut dan pada akhirnya tidak pernah dilakukan. Kemudian, alasan lain untuk tidak melakukan perintah Allah ialah karena resikonya. Misalnya ketika kita memilih untuk bersikap jujur sesuai perintah Allah dalam pekerjaan maka akan saat di mana kejujuran kita justru dibenci oleh orang lain. Tentu saja keputusan ini bukanlah hal yang nyaman untuk dilakukan. Namun, mari kita belajar dari sikap Abraham yang tidak menunda-nunda untuk melakukan perintah Allah dan meskipun resiko dari ketaatan kita adalah hal yang tidak nyaman. Mari tetap memilih untuk taat pada perintah-Nya.

Saudara mari renungkan, apakah saudara termasuk orang yang menunda-nunda untuk melakukan perintah Allah? Apakah saudara pernah memilih untuk tidak taat karena tidak berani menghadapi resikonya? Jika iya, maka mari berdoa kepada Allah dan meminta ampun pada Allah. Kiranya Roh Kudus membimbing dan memberikan saudara kekuatan agar tidak menunda-nunda untuk melakukan perintah Allah. Dan kiranya saudara diberikan keberanian untuk memilih taat meskipun harus menghadapi resikonya. (MS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Abram dan Lot Berpisah (2)

Penutup