Ananias dan Safira

Jumat, 8 Juli 2022
Ananias dan Safira
Bacaan Alkitab : Kis. 5: 1 – 11

Kisah Ananias dan Safira menjadi peringatan kepada jemaat tentang sikap hati jujur di hadapan Allah. Ananias dan Safira menjanjikan kepada para rasul untuk memberikan seluruh hasil penjualan tanah mereka sebagai persembahan kepada Allah. Setelah menjual tanah tersebut mereka mempersembahkan hasil penjualan tersebut kepada para Rasul, hanya mereka tidak mempersembahkan semua hasilnya tetapi hanya memberikan setengahnya saja (ay. 2). Rasul Petrus menegur Ananias, “Ananias, mengapa hatimu dikuasai iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?” (ay. 3). Dan, Ananias rebah dan terputus nyawanya. Tidak lama kemudian, Safira datang dan berbohong tentang hal yang sama yaitu bahwa dia dan suaminya telah memberikan seluruh hasil penjualan tanah, lalu rebah dan terputuslah nyawa Safira (ay. 7-10).
Kisah tentang Ananias dan Safira tidak menekankan pada “berapa banyak persembahan yang kita berikan kepada Allah.” Melalui teguran Petrus kepada Ananias dan Safira, kita mengetahui bahwa Allah menghakimi perbuatan berdasarkan sikap hati kita di hadapan-Nya. Ananias dan Safira menunjukkan sikap tidak jujur dan munafik sehingga mereka berbohong dengan menahan setengah dari hasil penjualan tanah tersebut dan menyimpannya bagi diri sendiri. 
Saudara, persembahan yang kita berikan pada Allah merupakan sebuah ibadah di hadapan-Nya. Oleh sebab itu, sikap hati saat mempersembahkan apa yang Tuhan percayakan kepada kita (uang, kendaraan, rumah, dll), hendaknya didasarkan kasih kepada Allah, ketulusan, sukarela dan bukan karena paksaan atau karena ingin dipuji orang. Tuhan senang ketika pemberian kita merupakan respon dari rasa syukur yang tak terlukiskan atas pemberian yang baik dan sempurna yang telah kita terima dari-Nya. Fakta bahwa Tuhan mencintai pemberi yang penuh sukacita menyiratkan bahwa Dia tidak terlalu senang dengan pemberi yang tidak tulus atau setengah hati, dan bahkan Dia marah pada pemberi yang berbohong. (2 Kor. 9 : 7). Dengan demikian, mari periksa hati kita saat hendak memberi persembahan kepada Allah dan jika ada sikap hati yang salah mari segera minta ampun kepada-Nya.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan firman yang baru saja kita dengar. Saudara, apakah sikap hati kasih kepada Allah telah menjadi dasar bagi kita saat memberikan persembahan kepada-nya? Mari senantiasa menguji hati kita dihadapan-nya sehingga persembahan yang kita bawa kepada-nya senantiasa menyenangkan hati-Nya. -Thelie Herlina-

Persembahan Yang Penuh Kasih Adalah Persembahan Yang Menyenangkan Hati Allah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus membawa pemisahan bagaimana mengikut Yesus

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Abram dan Lot Berpisah (2)