Yesus Memperingatkan Yudas

Kamis, 19 Mei 2022
Yesus Memperingatkan Yudas
Bacaan Alkitab : Yohanes 13 : 21-30

Dalam perikop sebelumnya dikisahkan bagaimana Yesus membasuh kaki para murid sebagai tanda pembersihan diri. Setelah menerima anugerah kasih dari Sang Guru, ada dua sikap yang ditunjukkan oleh 2 orang muridNya, yaitu:
1. Sikap Rendah Hati dan Bersyukur atas Anugerah-Nya
Pada ay. 23 dituliskan ada seorang murid yang bersandar dekat pada Kristus disebelah kanan-Nya. Posisi ini ditafsirkan merupakan posisi berbaring dan bersandar pada punggung Kristus, sebagai tanda kedekatan dengan guru-Nya dan tempat kehormatan. Praktik ini biasanya digunakan pada saat perjamuan makan Paskah untuk menandakan peristiwa besar dan perayaan sebab terbebas dari perbudakan. Namun, jika kita perhatikan cara Yohanes mendeskripsikan ayat ini ia menuliskan, “…, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya…” menunjukkan kerendahan hati. Sebab, “murid yang dikasihi-Nya” tersebut ditafsirkan sebagai Yohanes. Ia tidak menuliskan namanya sendiri untuk menunjukkan bahwa ia lebih dikasihi daripada murid yang lain. Dan menekankan bahwa meskipun Yohanes memperoleh kasih guru-Nya dan memperoleh tempat kehormatan untuk berbaring disamping-Nya namun ia merasa sangat berhutang budi pada Sang Guru atas anugerah dan kasihNya yang besar. 
Saudara, teladan Yohanes dalam perikop ini mengajarkan kepada setiap kita untuk tetap memiliki kerendahan hati dan rasa syukur setelah menerima anugerah keselamatan. Kerendahan hati dalam kehidupan juga dapat ditunjukkan dengan sikap tetap bersandar dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal serta mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang kudus dan berkenan kepada-Nya melalui ketaatan kita pada perintah-perintah-Nya. 
2. Sikap Sombong dan Keras Hati
Pada ay. 26-27 dikisahkan bahwa Yesus Kristus berbisik pada murid yang dikasihi-Nya untuk memberitahukannya siapa yang akan mengkhianati-Nya. Ia berkata, “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti,…Sesudah berkata demikian… Ia memberikan- nya (roti) pada Yudas,…” Yudas menerima roti tersebut lalu ia kerasukan setan setelah menerima perkataan Yesus, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Yudas pergi dan berjalan dalam kegelapan malam (ay. 30). Penggalan kisah ini sebenarnya menunjukkan kasih Allah kepada orang berdosa. Kristus memberikan roti yang merupakan lambang tubuh-Nya yang akan terkoyak untuk menebus dosa manusia. Roti adalah perlambangan kasih-Nya kepada semua orang berdosa. Saat Yudas menerima roti dari Kristus, ia hanya menerima roti dan bukan kasih-Nya yang besar. Sehingga, ia kerasukan setan dan berjalan dalam kegelapan.
Saudara, gambaran tersebut menunjukkan kesombongan dan kekerashatian Yudas Iskariot. Sebab, meskipun Allah menetapkan Yudas untuk menjadi pengkhianat tetapi Allah melalui Kristus menunjukkan kasih dan pengampuan-Nya pada Yudas. Namun, ia tetap memilih untuk hidup dalam penyesalan dan berjalan dalam kegelapan. Sikap ini bisa saja kita tunjukkan dengan tetap hidup dalam dosa serta mengabaikan perintah-perintahNya bahkan setelah kelahiran baru. Meskipun demikian jika kita mengaku dosa maka Kristus tetap akan melimpahkan pengampunanNya bagi kita. 
Saudara, mari sejenak kita merenungkan firman yang baru saja kita dengar. Saudara, mari buka hati di hadapan Allah, sikap mana yang kita tunjukkan setelah menerima anugerah keselamatan? Apakah sikap rendah hati atau keras kepala? Mari koreksi hati kita dihadapan Allah dan bertumbuhlah menjadi serupa dengan Kristus dalam anugerahNya. -Thelie Herlina-

Keselamatan Dalam Kristus Membuat Kita Menjadi Rendah Hati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Abram dan Lot Berpisah (2)

Penutup