Lazarus Dibangkitkan (III)

Senin, 9 Mei 2022
Lazarus Dibangkitkan (III)
Bacaan Alkitab:  Yohanes 11: 33-44

Saudara yang dikasihi Tuhan bagian Alkitab yang baru saja kita baca ini merupakan kelanjutan dari perikop Lazarus dibangkitkan. Saudara setelah Kristus datang menemui Maria, Ia lalu bertanya dimanakah manakah Lazarus dibaringkan? Lalu kemudian mereka mengantar Kristus ke kuburan tempat tubuh Lazarus dibaringkan. Kristus kemudian membangkitkan Lazarus dengan meminta dia keluar, dengan suara yang keras. Lazarus pun segera datang keluar dengan kaki dan tangan yang masih terikat dengan kain kafan. 

Saudara salah satu hal yang menarik dari kisah ini adalah selain kisah ini menegaskan kemahakuasaan Kristus atas kematian, namun di sisi lain kisah ini juga mengajarkan bahwa Kristus menjadi orang yang peka terhadap perasaan orang lain. Ayat 33 menuliskan bahwa Kristus sangat terharu, dan di ayat 35 menuliskan bahwa Ia pun menangis. Saudara Kristus memiliki hati yang sangat lembut dan peka terhadap apa yang sedang dihadapi oleh keluarga Lazarus yang sedang mengalami kesedihan akibat kematian Lazarus.  Meskipun Kristus sebentar lagi akan membangkitkan Lazarus, namun ia tetap menghargai dan peka terhadap perasaan kehilangan yang baru saja dihadapi oleh keluarga Lazarus. 

Saudara ketika seringkali kesulitan-kesulitan hidup membuat kita menjadi orang-orang yang egois dan hanya ingin mementingkan diri sendiri. Kita tidak lagi memiliki kepekaan terhadap perasaan dan penderitaan mereka. Kita menjadi orang yang suka meremehkan penderitaan orang lain, dan tidak peka terhadap penderitaan mereka. Saudara pada saat saya menjadi mahasiswa praktek, saya pernah menghadiri suatu acara penghiburan dari seorang anggota majelis gereja yang setia melayani.  Tetapi pada saat pembawa Firman menyampaikan Firman Tuhan, pengkhotbah ini kemudian menegur anggota keluarga yang sedang bersedih. Hal ini karena Pengkhotbah tersebut percaya bahwa menangis adalah tanda dari kurangnya iman. Namun ini merupakan hal yang keliru, sebaliknya teladan Kristus mengajarkan kita bahwa meskipun kita meyakini bahwa orang percaya pasti akan dapat menikmati sorga. Namun, kita pun tidak boleh mengabaikan perasaan orang yang sedang mengalami dukacita.  Sebaliknya kita diajar supaya dapat berbagi duka dengan mereka. 

Saudara, apakah saudara sudah menjadi orang yang mampu untuk merasakan perasaan orang lain? Saudara marilah kita mengambil waktu sejenak untuk mendoakan hal tersebut. Berdoalah meminta anugerah Allah agar memampukan saudara untuk menjadi orang yang mampu merasakan perasaan orang lain? Saudara marilah kita selalu menjadi orang yang peka terhadap kehadiran orang lain.  -Welem Novi-

“Seringkali Kehadiran Kita Lebih Penting Dari Kata-Kata Kita”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Abram dan Lot Berpisah (2)

Penutup