Penyembuhan pada hari Sabat di Kolam Betesda
Kamis, 31 Maret 2022
Penyembuhan pada hari Sabat di Kolam Betesda
Bacaan Alkitab: Yohanes 5: 1-18
Suatu kali ketika Yesus berada di Yerusalem saat perayaan hari raya orang Yahudi, Ia melihat seorang laki-laki yang sudah sakit selama 38 tahun terbaring dekat pintu gerbang domba. Orang yang sakit lumpuh ada di situ sebab sedang menantikan saatnya air kolam Betesda berguncang agar dengan segera ia dapat masuk ke kolam tersebut dan mengalami kesembuhan. Yesus menghampirinya dan bertanya, “maukah engkau sembuh?” (ay. 6). RC Sproul mengemukakan bahwa pertanyaan Yesus ini bukan hanya menunjuk pada kesembuhan secara fisik saja, tetapi juga perubahan hidup secara radikal. Hal ini disebabkan karena orang yang sakit ini memiliki hidup yang sangat bergantung pada belas kasihan dari orang lain. Inilah sebabnya ia memerlukan waktu sampai 38 tahun untuk bisa masuk ke kolam Betesda. Namun, meskipun demikian Yesus dalam kedaulatan-Nya sebagai Anak Tunggal Allah tetap memilihnya untuk disembuhkan secara fisik dan rohani. Oleh sebab itu Ia memerintahkan laki-laki tersebut untuk, “bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”
Orang lumpuh tersebut kemudian menjadi sembuh, dapat berjalan kembali dan dengan segera ia mengangkat tilam dan pergi dari tempat itu. Saat orang Yahudi melihatnya mereka menegurnya sebab hari itu adalah hari sabat. Dalam aturan orang-orang Yahudi salah satu hal yang dilarang untuk dilakukan di hari sabat adalah mengangkat barang. Mendengar teguran tersebut, laki-laki itu menjadi takut dan mengatakan bahwa, “orang yang telah menyembuh- kan aku (Yesus), Dia yang mengatakan kepadaku…(ay. 12).” Saudara, perhatikan sikap orang yang baru saja disembuhkan tersebut menunjukkan sikap tidak tahu berterimakasih karena takut dihukum sebab melanggar peraturan hari sabat, ia menyalahkan Yesus yang membuatnya mengangkat tilam pada hari sabat, bukankah Yesus yang menyembuhkan- nya setelah ia sakit selama 38 tahun?
Pada ayat 14, orang tersebut bertemu kembali dengan Yesus di bait Allah. RC Sproul menafsirkan ayat ini dengan memfokuskan pada teguran Yesus pada orang yang telah sembuh itu. TeguranNya tersebut bukan menunjuk pada bahwa akan selalu penyakit datang karena dosa (meskipun ada yang demikian seperti ketika Daud sakit karena dosa perzinahan dengan Betsyeba), tetapi kepada cara hidup dan sikap batinnya dihadapan Allah. Sikap yang ditujukkan oleh orang yang telah disembuhkan itu bukan hanya tidak tahu berterima kasih dengan melempar kesalahan pada Yesus tetapi juga karena ia menyerahkan Yesus ke tangan orang-orang Yahudi yang hendak menganiayaNya (ay. 15-16). Saudara, orang yang baru disembuhkan itu perlu merenungkan Lukas 12:8–9 “…Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui…Tetapi barangsiapa menyangkal Aku, …ia akan disangkal dihadapan malaikat-malaikat Allah.” Sebab, sikapnya tersebut menunjukkan penyangkalan terhadap Allah. Dan jika ia tidak bertobat, maka kebinasaan kekal akan menghampirinya.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, mungkin tanpa kita sadari seringkali kita juga menyangkal Allah dalam kehidupan kita. Misalnya: kesetiaan kita pada Allah dan firmanNya bergantung pada berkat yang kita terima. Jika Allah memberkati kita, kita akan dengan mudah menjadi setia dan taat padaNya. Tetapi bagaimana jika Allah tidak memberkati kita (meskipun Ia tidak mungkin melakukannya)? Apakah kita akan tetap setia, taat dan mengasihi Allah dengan sepenuh hati kita? Oleh sebab itu, marilah kita terus menerus mengoreksi sikap batin kita dihadapanNya, sehingga kehidupan kita senantiasa mencerminkan kesetiaan serta kasih sejati kepada Allah dan bukan penyangkalan kepada namaNya. -Thelie Herlina-
Sikap Batin Bersyukur yang Tulus Bertumbuh Saat Berkat-Nya tidak Kita rasakan Dalam Kehidupan Kita
Komentar
Posting Komentar