Kesaksian Yohanes tentang Dirinya Sendiri
Kamis, 17 Maret 2022
Kesaksian Yohanes tentang Dirinya Sendiri
Bacaan Alkitab : Yohanes 1: 19-28
Dalam perikop ini, Yohanes diperhadapkan pada pertanyaan “siapakah engkau?” yang diajukkan oleh orang-orang Yahudi dari Yerusalem melalui utusan mereka yaitu para pemuka agama dari golongan bawah. Pertanyaan “siapakah Engkau?” (ay. 19) yang diajukkan padanya sebenarnya merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan eksistensi dan keberadaan Yohanes sebagai hamba Tuhan. Sejak awal kemunculannya, Yohanes menyerukan pertobatan kepada bangsa Israel serta melakukan pembaptisan sebagai bentuk pertobatan dan pembasuhan dosa. Dan, hal ini dipandang “aneh” dan tidak biasa di Israel oleh para pemuka agama saat itu.
Jawaban pertama Yohanes atas pertanyaan ini adalah, “Aku bukan Mesias” (ay. 20). Sebuah jawaban yang sebenarnya menunjukkan kerendahhatian Yohanes yang tidak pernah bermaksud untuk membangun suatu aliran agama baru (seperti yang dituduhkan kepadanya). Serta, menunjukkan ketundukan Yohanes pada Allah yang mengutusnya. Mendengar jawaban tersebut, para pemuka agama merasa tidak puas sehingga mereka kembali bertanya, “…siapakah engkau? Elia?” dan Yohanes kembali menjawab, “ bukan!” Lalu mereka kembali bertanya kepada Yohanes, “ Engkaukah nabi yang akan datang?” dan Yohanes kembali menjawab, “ bukan!” Seorang penafsir Alkitab menuliskan bahwa tiga jawaban “bukan” yang Yohanes sebutkan tidak menunjukkan bahwa Yohanes tidak mengetahui siapa dirinya, tetapi ia sedang menyampaikan apa yang ia yakini dan percayai tentang dirinya dihadapan Allah dan manusia.
Para pemuka agama terus mendesak Yohanes untuk memberikan kesaksian tentang dirinya sebab mereka perlu memberikan jawabannya pada orang Yahudi yang ada di Yerusalem. Pada ay. 23, Yohanes menjawab, “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.” Dalam versi alkitab berbahasa Inggris dituliskan, “ I am…” (dikatakan dengan tegas dan penuh kepercayaan diri). Dan jawaban ini menunjukkan bahwa Yohanes mengetahui dengan pasti siapa dirinya dihadapan Allah dan manusia.
Saudara, kisah Yohanes ini mengajarkan kepada kita bahwa sebagai murid Kristus kita harus dapat mengetahui, menyadari dan memiliki keyakinan yang teguh siapa diri kita dihadapan Allah. Sehingga, ketika kita diperhadapkan pada situasi dimana orang-orang disekitar kita bertanya tentang siapa diri kita di hadapan Allah, maka kita dapat menjawab dengan iman yang teguh. Dan tentunya jawaban tidak hanya disampaikan melalui lisan tetapi juga sikap, pengambilan keputusan dan gaya hidup kita mencerminkan diri kita sebagai pengikut Kristus.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, jika pertanyaan, “siapa engkau?” ditujukkan kepada saudara. Apa jawaban saudara? Apakah saudara akan dengan penuh keberanian memberikan kesaksian tentang iman saudara kepada Allah? Jika belum berani, apakah yang menyebabkan hal itu? Mari sejenak saudara mengoreksi diri saudara, sebab mungkin ada perilaku/perkataan/dosa yang masih belum saudara bereskan sehingga menghalangi saudara untuk dengan berani memberikan kesaksian tentang diri saudara. Jika Ya. Mari berdoa, meminta ampun dan memohon kekuatan kepada Allah agar saudara dapat menjadi garam dan terang yang menyinari kegelapan dunia dengan seluruh kehidupan saudara.
-Thelie Herlina-
Allah Bapa, Berikanlah Aku Keberanian agar Aku Dapat Senantiasa Menjadi SaksiMu!
Komentar
Posting Komentar