Petrus Menyangkal Yesus

Rabu, 26 Mei 2021
Petrus Menyangkal Yesus
Matius 26:69-75


 Saudara dalam perikop ini, diceritakan bahwa Yesus di bawa ke balai sidang Imam Besar dan di sana tidak ada satu pun muridNya yang datang selain Petrus. Pada saat inilah, Petrus pada akhirnya menyangkal Yesus. Mari kita perhatikan bagaimana hal ini dapat terjadi: Pertama, godaan pertama untuk melakukan dosa datang dari seorang hamba perempuan yang mengatakan bahwa Petrus selalu bersama-sama dengan Yesus (ayat 69-70). Pada saat pertama kali dicurigai seperti ini, Petrus menjawab, “Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.” Ini merupakan upayanya untuk mengalihkan perhatian dengan berpura-pura tidak mengerti tuduhan itu. Melalui hal ini, kita diperingatkan bahwa kita dapat dikatakan bersalah jika kita menunjukkan pengertian, pemikiran dan perasaan yang berlawanan dengan yang sebenarnya, dengan tujuan untuk mengamankan diri sendiri. Kita juga dianggap bersalah jika kita pura-pura tidak mengerti, tidak memikirkan atau mengingat sesuatu padahal sebenarnya kita tahu atau ingat tentang hal tersebut. Ini merupakan jenis kebohongan yang cenderung kita lakukan karena memang tidak mudah dibuktikan kebenarannya oleh orang lain. Kedua, dosa ini mulai berkembang karena dalam ayat 72, Petrus kembali menyangkal mentah-mentah tuduhan berikutnya dengan berkata, “Aku tidak kenal orang itu,” bahkan memperkuatnya dengan sumpah. Hal ini sama saja dengan mengatakan, aku tidak akan mengakui Dia atau aku bukan seorang Kristen. Sebab Kekristenan pada hakikatnya adalah pengenalan akan Kristus. Ketiga, pada saat dicecar untuk ketiga kalinya, mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah (ayat 74). Ini merupakan tindakan yang paling buruk, karena dosa memang selalu membuat seseorang lama kelamaan terus melorot ke bawah.
 Saudara, melalui apa yang dilakukan oleh Petrus kita mendapatkan peringatan bahwa dosa dapat menghampiri kita bahkan melalui hal-hal yang kita anggap sebagai kebiasaan. Bahkan ketika kita memikirkan dan mengatakan hal yang berlawanan dengan yang sebenarnya atau berpura-pura tidak mengerti padahal sebenarnya kita tahu, maka kita juga dianggap berdosa karena berbohong. Dan ketika kita telah melakukan satu kebohongan/dusta maka hal ini akan membawa kita pada dusta-dusta yang lainnya. Oleh sebab itu, marilah kita menjadi orang percaya yang selalu waspada terhadap hal-hal yang dapat memancing kita untuk berbuat dosa. Saudara, bagaimanakah dengan kehidupan kita? Adakah hal-hal yang sering kita lakukan dan dianggap sebagai kebiasaan tapi itu merupakan dosa? Atau adakah dusta-dusta yang sedang kita lakukan saat ini? 
 Jika ada, maka marilah ambil waktu sejenak untuk mendoakan hal tersebut. Mari kita meminta Roh Kudus untuk mengoreksi batin kita sehingga kita menjadi peka apabila ada dosa dalam diri kita. Saudara, percayalah bahwa Allah sudah memberikan anugerah dan kekuatan agar kita dapat hidup dalam kebenaran Allah. -MARGARETHA SUTANTO-

“Dusta Pertama Adalah Pembuka Jalan Bagi Dusta-Dusta Yang Lain, Yang Semakin Lama Semakin Meningkat Kualitasnya.” - Aristoteles

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yesus membawa pemisahan bagaimana mengikut Yesus

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Abram dan Lot Berpisah (2)