Mengandalkan Allah di Atas Segala Kekuatan Manusia
Mengandalkan Allah di Atas Segala Kekuatan Manusia
Dalam bagian firman Tuhan yang kita
baca hari ini, kita dapat melihat bahwa Allah kembali berfirman kepada Musa mengenai
“ persembahan
pendamaian pada pendaftaran orang Israel.” Melalui Kel. 30: 12a, “ Apabila engkau menghitung jumlah orang
Israel,...” kita dapat melihat bahwa persembahan pendamaian ini merupakan
sarana yang Allah tetapkan sebagai penebusan dosa ketika orang Israel melakukan
kesalahan dengan menghitung jumlah penduduk mereka.
Pelanggaran ini juga dilakukan oleh Daud di kemudian hari ketika ia
menyuruh Yoab dan kepala pasukannya untuk menghitung jumlah orang pada saat
pemerintahannya. Namun, kemudian ia menjadi “ ... gundahlah hati Daud setelah
ia menghitung rakyat... Aku sangat berdosa... ” Lalu Tuhan mendatangkan sampar
kepada seluruh orang Israel dari pagi sampai sore hari (2 Sam. 24: 1-17).
Dengan demikian, perhitungan jumlah orang merupakan pelanggaran yang berat di
hadapan Tuhan sehingga diperlukan persembahan untuk menebus dosa tersebut.
Saudara, perhitungan jumlah penduduk atau
sensus umum merupakan dosa di hadapan Tuhan sebab menurunkan nilai manusia
menjadi alat politik untuk menyatakan besarnya kekuasaan dan kekuatan pemimpin
suatu bangsa. Sebagai dampaknya maka hilanglah ketergantungan pada Allah yang
mampu menolong Israel. Lalu, bergantung pada hal-hal yang bersifat natural
yaitu jumlah penduduk untuk mengambil keputusan terutama berkaitan dengan
perang. Karena itu, Allah menetapkan cara menebus dosa tersebut adalah dengan
cara, “...dipersembahkan setiap orang yang didaftarkan : setengah syikal perak
menurut syikal Tempat Kudus, yang beratnya 20 gera. Setengah syikal itulah
persembahan khusus kepada Tuhan.” (ay. 13).
Dalam kehidupan masa kini, kita
pun sering tanpa sadar mengandalkan hal-hal yang sementara: prestasi, kekayaan,
kesehatan, atau kekuatan jasmani. Fokus kita dengan mudah beralih dari Allah
kepada hal-hal yang natural. Padahal Allah masih bekerja hingga hari ini. Kita
dapat melihatnya melalui kesetiaan-Nya menjaga ciptaan: matahari yang terbit
setiap hari, udara yang dapat kita hirup, burung-burung, bunga, dan pepohonan
yang bertumbuh tanpa campur tangan manusia. Kisah-kisah mujizat pun terus
terdengar sebagai bukti bahwa Allah tetap berkarya. Kiranya renungan ini
menolong kita untuk kembali menaruh ketergantungan kita sepenuhnya kepada
Allah—sumber hidup dan kekuatan yang sejati.
Saudara, mari sejenak kita
merenungkan Firman Tuhan hari ini. Saudara, apakah saat ini kita masih
mengandalkan Tuhan dalam segala hal? Jika tidak. Mari, datanglah kepada Allah
untuk mengakui kelemahan dan keterbatasan kita sebagai manusia. Lalu, mulailah
kembali menjalani hari-hari dengan senantiasa mengandalkan Allah dalam segala
sesuatu. (TH)

Komentar
Posting Komentar