Menanggung Bersama: Hati Allah bagi Komunitas-Nya
Menanggung Bersama: Hati Allah bagi Komunitas-Nya
Dalam ay. 14 dilanjutkan bahwa
pendaftaran orang Israel dilakukan terhadap pemuda berusia 20 tahun ke atas.
Lalu, mereka akan memberikan uang persembahan khusus kepada Tuhan sebagai
sarana penebusan dosa. Dalam tradisi Israel, usia 20 tahun menandakan
kedewasaan tanggung jawab juga dianggap sudah dapat bekerja sehingga dapat
mempersembahkan setengah perak sebagai sarana penebusan dosa apabila kelak
pemimpin mereka jatuh dalam dosa menghitung jumlah orang dalam bangsanya.
Saudara, ayat 14 ini menunjukkan bahwa
komunitas umat Allah dididik untuk saling menopang dan menanggung satu dengan
yang lain. Seperti yang dituliskan dalam Roma 15:1, "Kita yang kuat wajib
menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan
kita sendiri." Dalam konteks ini, dosa menghitung jumlah biasanya
dilakukan oleh seorang pemimpin kepada seluruh komunitas yang ia pegang. Allah
mengatur agar dosa ini tidak hanya ditanggung pemimpin tetapi juga seluruh
komunitas yang ia pimpin. Di mana pemuda usia 20 tahun akan mewakili seluruh
komunitas untuk membayar setengah syikal perak.
Saudara, melalui firman Tuhan hari ini
kita kembali diingatkan akan pentingnya kebersamaan dalam komunitas umat Allah.
Pada masa kini, gereja sebagai ekklesia—mereka yang dipanggil keluar—dipanggil
untuk hidup meninggalkan kegelapan: egoisme, kepentingan diri sendiri, dan cara
hidup yang tidak mencerminkan terang. Kita dipanggil untuk bertumbuh dalam
sikap-sikap "saling": saling mengasihi dan mendahului memberi hormat
(Roma 12:10); saling mengampuni (Kolose 3:13); serta saling memperhatikan dalam
mendorong kepada pekerjaan baik (Ibrani 10:24). Dalam persekutuan orang
percaya, kita menyadari bahwa konflik dapat terjadi. Konflik muncul ketika dua
pihak atau lebih mengalami pertentangan karena perbedaan tujuan, nilai,
kebutuhan, atau persepsi. Setiap orang dapat merespons konflik secara berbeda:
ada yang meledak dalam emosi, ada yang menghindar, dan ada yang memilih
menyelesaikannya dengan hikmat. Dalam perspektif iman Kristen, konflik sering
kali menjadi cermin kondisi hati dan motivasi kita. Bahkan, Tuhan dapat bekerja
melalui konflik untuk menumbuhkan kedewasaan rohani ketika kita belajar
mengampuni, merendahkan diri, atau mencari hikmat-Nya. Karena itu, marilah kita
terus bertumbuh dalam sikap bijaksana dan saling menopang sebagai tubuh
Kristus.
Saudara, mari merenungkan firman Tuhan hari
ini. Sudahkah persekutuan kita dengan Kristus menghasilkan kasih kepada sesama?
Jika belum, marilah kita berdoa agar Allah menolong kita bertumbuh, mengikis
ego, dan semakin dibentuk menjadi serupa dengan Kristus. (TH)

Komentar
Posting Komentar