Terkoneksi Bukan Sendiri
Terkoneksi Bukan Sendiri
Kemah suci bukanlah sekadar tenda atau
tempat berlindung sementara, melainkan manifestasi nyata kehadiran Tuhan di
tengah umat-Nya. Setiap detailnya, dari ukuran hingga bahan yang digunakan,
diatur dengan cermat sesuai perintah ilahi. Bayangkanlah kain linen halus yang
dipintal dengan teliti, membentuk bidang-bidang besar yang akan menjadi dinding
Kemah Suci. Pada setiap bidang, terpasang lima puluh gelang, masing-masing
melambangkan keterhubungan dan ketergantungan. Gelang-gelang ini tidak berdiri
sendiri, melainkan berpasangan, saling berhadapan, seolah menanti untuk
disatukan.
Lebih dari sekadar instruksi teknis,
ayat-ayat ini mengandung makna spiritual yang mendalam. Gelang-gelang itu
melambangkan setiap individu dalam komunitas iman. Kita semua memiliki peran
dan fungsi masing-masing, namun kita tidak dapat berdiri sendiri. Kita
membutuhkan satu sama lain, saling melengkapi dan mendukung. Seperti
gelang-gelang yang berpasangan, kita dipanggil untuk membangun hubungan yang
erat dan saling menghidupkan.
Kait-kait emas itu melambangkan kasih
karunia Tuhan yang mempersatukan. Tanpa kasih karunia-Nya, kita hanyalah
individu-individu yang terpisah, rentan terhadap perpecahan dan konflik. Namun,
melalui kasih karunia-Nya, kita diikat bersama dalam ikatan yang tak terputuskan.
Kasih karunia Tuhan adalah perekat hati kita, menghilangkan perbedaan dan
membangun persatuan. Gelang-gelang kain hanya bisa
tersambung bila ada kait emas. Emas melambangkan kemurnian dan kekekalan. Hal
ini menunjuk pada kasih dan karya Kristus yang murni sebagai penghubung Allah antara umat-Nya. Tanpa
kasih Kristus, setiap orang hanya akan berjalan sendiri.
Kemah Suci yang utuh dan kokoh menjadi
gambaran ideal dari gereja atau komunitas iman. Di dalamnya, setiap anggota
terhubung satu sama lain dalam kasih dan persatuan. Di dalamnya, kehadiran
Tuhan dirasakan dengan nyata, memberikan kekuatan dan penghiburan. Di dalamnya,
kita dapat bertumbuh bersama dalam iman dan menjadi saksi Kristus di tengah
dunia.
Bayangkan jika ada satu gelang yang
hilang atau satu kait emas yang patah, seluruh kemah tidak akan dapat disatukan
dengan sempurna. Begitu pula dalam hidup kita: sikap menutup diri, keegoisan,
atau rasa sakit hati yang tidak dipulihkan dapat mengganggu kesatuan tubuh
Kristus. Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi kain yang terpisah atau
gelang yang terabaikan, tetapi untuk menjadi bagian yang terhubung dalam
kesatuan yang kudus. Ini berarti membuka hati, merendahkan diri, dan bersedia
diikat oleh kasih Kristus. Sering kali kita lebih fokus pada perbedaan latar
belakang, gaya pelayanan, cara pandang sehingga lupa bahwa yang mempersatukan
kita adalah kasih Kristus. Kita dipanggil untuk melihat melampaui perbedaan dan
membiarkan kasih Tuhan menjadi pengikat yang menghubungkan.
Apakah
saudara telah membuka diri untuk terhubung dengan saudara-saudari seiman dan
gereja-Nya? Marilah kita
belajar dari Kemah Suci. Marilah kita membangun hubungan yang erat dan saling
mendukung. Marilah kita membuka hati bagi kasih karunia Tuhan yang
mempersatukan. (FS)
Komentar
Posting Komentar