Perjalanan bersama Tuhan
Perjalanan bersama Tuhan
Kisah tentang Kemah
Suci sering kali membuat kita membayangkan keagungan dan kemegahan. Kita
terpukau oleh tabut perjanjian, mezbah dupa emas, dan tirai yang menjulang
tinggi, seolah-olah semuanya sudah sempurna sejak awal. Namun, ada
detail-detail kecil yang sering luput dari perhatian, yang justru menyimpan
makna paling dalam. Keluaran 25:26-28 berbicara tentang sebuah hal yang mungkin
kita anggap remeh yaitu gelang-gelang
emas dan kayu pengusung. Musa
menerima perintah yang sangat spesifik. Tuhan tak hanya menyuruhnya membuat
perabot yang indah, tapi juga memastikan bahwa perabot itu bisa dipindahkan. Meja Roti Sajian,
tempat roti hadirat diletakkan, bukan sekadar perabot statis. Pada keempat
sudutnya, di atas kaki-kakinya, Musa harus memasang gelang-gelang emas. Gelang
ini bukan hiasan semata, melainkan dengan tujuan fungsional. Melaluinya, tongkat-tongkat dari kayu
penaga berlapis emas akan dimasukkan.
Tongkat-tongkat ini
adalah kunci dari seluruh perjalanan. Mereka memungkinkan meja itu diangkat dan
dibawa. Mereka juga harus memastikan bahwa tidak ada perabot
kudus yang disentuh langsung oleh tangan manusia saat dipindahkan. Ini adalah
pelajaran tentang kehati-hatian dan
penghormatan yang mendalam terhadap
kekudusan Allah. Merenungkan hal ini membawa kita pada pemahaman baru
tentang iman. Sering kali kita merasa iman adalah sesuatu yang harus kita
simpan di dalam hati, di tempat yang aman dan tersembunyi. Kita cenderung
menjadikan kehadiran Tuhan sebagai sesuatu yang statis, yang kita kunjungi hanya di satu tempat
atau pada waktu tertentu. Namun, tongkat-tongkat pengusung itu mengajarkan kita
hal yang berbeda.
Iman bukan tentang
menetap, melainkan tentang bergerak
bersama Tuhan. Sama seperti umat Israel yang harus terus berjalan di
padang gurun, kita pun dipanggil untuk membawa kehadiran Tuhan ke mana pun kita
pergi. Gelang-gelang emas bisa
diibaratkan sebagai titik-titik
penghubung dalam hidup kita. Hubungan, pengalaman, dan tantangan yang
memungkinkan kita untuk membawa "meja" kita, yaitu kehadiran Tuhan,
melewati setiap tahap kehidupan. Sementara itu, tongkat-tongkat pengusung melambangkan dukungan dan kekuatan yang Tuhan sediakan. Kita tidak ditugaskan
untuk memikul beban itu sendirian. Ada orang lain, ada komunitas yang menopang
kita melalui setiap kesulitan.
Keluaran 25:26-28,
meskipun singkat, menggambarkan sebuah kebenaran yang indah: hidup bersama Tuhan adalah sebuah perjalanan.
Ini bukan tentang mendirikan sebuah bangunan dan tinggal di dalamnya selamanya,
melainkan tentang membawa "Rumah"-Nya, esensi kehadiran-Nya, melalui
setiap badai dan setiap matahari terbit. Sama seperti tongkat-tongkat itu yang
selalu siap, kita pun harus selalu siap untuk bergerak, karena Tuhan kita
adalah Tuhan yang dinamis, yang tak pernah berhenti memimpin kita ke tanah
perjanjian yang baru.
Saudara, apakah hari ini iman kita masih kita biarkan
tinggal diam, tersimpan rapi di sudut hati, ataukah kita sudah bersedia
membawanya berjalan bersama Tuhan? Sebab hanya dengan berjalan bersama-Nya,
kita akan menemukan bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, adalah bagian dari
rencana besar menuju tanah perjanjian yang penuh harapan. (FS)
Komentar
Posting Komentar