Kuasa Darah
Kuasa Darah
Saudara
terkasih, ayat ini mengakhiri bagian instruksi pembangunan Kemah Suci. Setelah
berbagai tirai dan kain bulu kambing, Allah memerintahkan agar tabernakel itu
ditutup dengan kulit Binatang yang diwarnai
merah sebagai penutup luar terakhir.
Sekilas,
ini tampak hanya seperti detail arsitektur. Tetapi kita tahu, setiap detail Tabernakel memiliki pesan
rohani yang Allah berikan bagi umat-Nya. Tidak ada yang sia-sia. Warna
merah pada kulit domba jantan bukanlah kebetulan. Karena kalau kita pelajari, kulit domba
jantan melambangkan korban persembahan. Dalam
PL, domba jantan kerap dipakai untuk korban bakaran atau korban penghapusan
dosa. Sedangkan diwarnai merah
adalah simbol darah, pengorbanan, dan penebusan. Jadi bukan sekedar kain biasa,
tetapi kain yang berbicara tentang penghapusan dosa melalui darah. Sama halnya
dengan penebusan Kristus melalui darah-Nya menjadi penutup dan perlindungan
atas umat-Nya.
Saudara
yang terkasih, penutup kemah itu bukan hanya berfungsi melindungi kemah secara
fisik dari panas, hujan, dan angin gurun. Tetapi lebih dalam lagi, kain merah
itu menjadi pemisah dan perlindungan.
Sebab hadirat Allah yang kudus, bila disentuh manusia berdosa tanpa
perlindungan, akan mendatangkan maut. Itulah sebabnya Allah menyediakan penutup
yang diwarnai merah yang merupakan
sebuah simbol penebusan melalui darah,
agar bangsa Israel tetap terlindungi di bawah hadirat Allah yang kudus.
Kalau
kita lihat di dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus telah menjadi korban sempurna. Dialah Anak Domba
Allah yang darah-Nya tercurah di kayu salib untuk menutupi dosa kita. Sama
seperti kain merah itu menutupi Tabernakel, demikianlah darah Kristus menutupi
hidup kita sehingga kita boleh datang mendekat kepada Allah tanpa binasa. Rasul
Paulus berkata dalam Roma 5:9, “Lebih-lebih kita sekarang telah dibenarkan oleh
darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”
Dengan
demikian kita sebagai orang yang telah dilayakkan melalui darah Kristus. Kita
harus tetap hidup dalam kesadaran akan kekudusan Allah. Tabernakel dengan kain
merah mengingatkan bahwa Allah itu kudus. Sehingga kita jangan menganggap remeh
hadirat-Nya. Kita harus menghargai dan menghormati hadirat Allah yang kudus itu
dengan hidup takut akan Tuhan. Karena semakin kita hidup serupa dan segambar
dengan Kristus. Maka kita mampu berinteraksi dengan Allah yang kudus.
Saudara,
apakah kita sudah mengharagai kelayakkan yang diberikan Tuhan pada kita dengan
menjaga hidup takut akan Tuhan? Kiranya melalui Firman Tuhan ini kita dibentuk
untuk menjadi pribadi yang hidup takut akan Tuhan. Amin. (RT)
Komentar
Posting Komentar