Berdiri Tegak dan Terhubung

Senin, 13 Oktober 2025
Berdiri Tegak dan Terhubung 
Bacaan Alkitab : Keluaran 26 : 15 – 18


Ketika Tuhan memerintahkan Musa membuat Tabernakel, Ia meminta agar dibuat papan-papan dari kayu penaga yang berdiri tegak dan saling terhubung dengan pasak. Sekilas ini hanyalah detail teknis bangunan, tetapi sesungguhnya tersimpan pesan rohani yang dalam: hadirat Allah hanya berdiam di tengah kesatuan. Papan yang saling terikat, menjadi rumah bagi hadirat Allah. Begitu pula dengan kehidupan umat percaya. Seorang diri kita hanya seperti papan tunggal bernilai, tetapi terbatas. Baru ketika kita bersatu dalam kasih, saling menopang dan terhubung dalam roh yang sama, hadirat Tuhan dapat dinyatakan di antara kita.

Kesatuan bukan sekadar kebersamaan lahiriah, melainkan keterhubungan hati dalam kasih dan ketaatan. Papan-papan itu tidak hanya berdampingan, tetapi benar-benar tersambung dengan pasak, itu tanda hubungan yang kuat dan tetap. Demikian pula, kesatuan orang percaya tidak terjadi karena kebetulan, tetapi karena setiap kita memilih untuk melekat melalui kasih, pengampunan, dan kerendahan hati. Allah tidak berdiam di tengah permusuhan, atau gereja yang penuh kepahitan. Hadirat-Nya turun ketika umat-Nya berdiri teguh bersama, terikat oleh kasih dan ketaatan pada Firman. Kesatuan bukan sekadar indah dilihat, tetapi menjadi wadah bagi kemuliaan Allah. Mazmur 133 menegaskan, “Di sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”

Hari ini, Tuhan tidak mencari orang yang paling berbakat, tetapi hati-hati yang mau disatukan untuk menjadi tempat berdiam-Nya. Mungkin kita berbeda karakter, latar belakang, cara berpikir, namun ketika semua diarahkan untuk satu tujuan, yakni memuliakan Allah, maka perbedaan itu menjadi kekuatan, bukan penghalang. Seperti papan-papan Tabernakel, kita dipanggil bukan hanya untuk berdiri tegak, tetapi untuk terhubung. Karena hanya di tengah kesatuanlah, hadirat Allah berdiam dengan kemuliaan-Nya.

Saudara, apakah kita sedang membangun kesatuan? atau justru membangun tembok di antara kita dan orang lain? Kiranya lewat firman Tuhan ini kita dibentuk menjadi pribadi yang rendah hati, mau terhubung, dan siap dipakai Tuhan untuk menghadirkan hadirat-Nya di tengah kesatuan. (RT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah