Berdiri Tegak dan Terhubung
Berdiri Tegak dan Terhubung
Ketika Tuhan memerintahkan Musa membuat
Tabernakel, Ia meminta agar dibuat papan-papan dari kayu penaga yang berdiri tegak dan saling terhubung dengan pasak. Sekilas ini hanyalah detail
teknis bangunan, tetapi sesungguhnya tersimpan pesan rohani yang dalam: hadirat Allah hanya berdiam di tengah
kesatuan. Papan yang
saling terikat, menjadi rumah
bagi hadirat Allah.
Begitu pula dengan kehidupan umat percaya. Seorang diri kita hanya seperti
papan tunggal bernilai, tetapi terbatas. Baru ketika kita bersatu dalam kasih,
saling menopang dan terhubung dalam roh yang sama, hadirat Tuhan dapat
dinyatakan di antara kita.
Kesatuan bukan sekadar kebersamaan
lahiriah, melainkan keterhubungan
hati dalam kasih dan ketaatan.
Papan-papan itu tidak hanya berdampingan, tetapi benar-benar tersambung dengan
pasak, itu tanda hubungan yang kuat dan tetap. Demikian pula, kesatuan orang
percaya tidak terjadi karena kebetulan, tetapi karena setiap kita memilih untuk
melekat melalui kasih, pengampunan, dan kerendahan hati. Allah tidak berdiam di
tengah permusuhan, atau gereja yang penuh kepahitan. Hadirat-Nya turun ketika
umat-Nya berdiri teguh bersama, terikat oleh kasih dan ketaatan pada Firman.
Kesatuan bukan sekadar indah dilihat, tetapi menjadi wadah bagi kemuliaan Allah. Mazmur 133 menegaskan, “Di sanalah Tuhan
memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”
Hari ini, Tuhan tidak mencari orang yang
paling berbakat, tetapi hati-hati yang mau disatukan untuk menjadi tempat
berdiam-Nya. Mungkin kita berbeda karakter, latar belakang, cara berpikir,
namun ketika semua diarahkan untuk satu tujuan, yakni memuliakan Allah, maka
perbedaan itu menjadi kekuatan, bukan penghalang. Seperti papan-papan
Tabernakel, kita dipanggil bukan hanya untuk berdiri tegak, tetapi untuk terhubung. Karena hanya di tengah kesatuanlah, hadirat Allah berdiam dengan
kemuliaan-Nya.
Saudara, apakah kita sedang membangun kesatuan? atau
justru membangun tembok di antara kita dan orang lain? Kiranya lewat firman
Tuhan ini kita dibentuk menjadi pribadi yang rendah hati, mau terhubung, dan
siap dipakai Tuhan untuk menghadirkan hadirat-Nya di tengah kesatuan. (RT)
Komentar
Posting Komentar