Allah yang Menetap

Selasa, 7 Oktober 2025
Allah yang Menetap
Bacaan Alkitab: Keluaran 26:1–4


Pasal 26 merupakan satu pasal yang menggambarkan dengan teliti cara pembuatan Kemah Suci yang dikehendaki oleh Allah. Kemah Suci (kemah pertemuan atau tabernakel) adalah tempat persemayaman Allah yang diperintahkan untuk dibangun oleh Musa setelah bangsa Israel keluar dari Mesir. Kemah ini menjadi simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya dan dirancang agar dapat dibongkar-pasang, sehingga bisa didirikan di mana pun bangsa Israel berada. Untuk membangun kemah ini, Allah memberikan instruksi secara detail dan teliti untuk setiap bagiannya.

Pada ayat 1–4 dituliskan tentang kain penutup kemah, mulai dari bahan dasar kain, warna, ukuran, hingga cara menyambungkan kain-kain tersebut. Fungsi kain-kain ini melambangkan kekudusan Allah yang ditandai dengan dan dikhususkan suatu tempat yang akan digunakan untuk bertemu Allah. Selain itu, kerubim yang disulam pada kain merupakan simbol malaikat yang bertugas menjagai tempat Kudus Allah. Simbol ini mengingatkan kita pada kerubim yang menjaga taman Eden setelah manusia jatuh dalam dosa (Kej. 3:24). Hal ini menunjukkan bahwa manusia yang berdosa tidak dapat sembarangan masuk ke ruang kudus dan maha kudus dalam kemah itu. Dengan demikian, ayat 1–4 menunjuk pada sifat Allah yang kudus dan agung, tetapi tidak menjauhkan diri dari manusia, sehingga Ia merancang suatu tempat agar Dia dapat hadir  untuk berjumpa dengan umat-Nya.

Saudara, perjumpaan dengan Allah selalu merupakan inisiatif-Nya. Allah mengetahui bahwa manusia menjadi sulit bertemu dengan-Nya sejak jatuh dalam dosa, seperti ketika masih berada di taman Eden. Simbol kerubim pada kain penutup kemah adalah tanda perlindungan Allah, agar manusia tidak mati ketika berhadapan dengan kekudusan-Nya. Solusi Allah untuk mengatasi keterbatasan manusia itu disempurnakan melalui kehadiran Yesus Kristus, yang menjadi Imam Besar Agung—Sang Pengantara antara Allah dan manusia—sehingga kita memiliki akses penuh untuk menghampiri Allah (Ibr. 4:14–15). Salah satu kesempatan untuk berjumpa dengan Allah adalah dalam ruang ibadah kita saat ini. Ruang-ruang ibadah merupakan tempat yang juga dirancang oleh Allah (melalui kreativitas manusia) sebagai ruang pertemuan antara kekudusan dan keterbatasan manusia. Karena itu, mari kita hiasi ruang-ruang ibadah kita dengan simbol-simbol yang menyadarkan kita akan keberadaan Allah, sebab Dialah pusat penyembahan kita. Selain itu, mari kita menghampiri Allah dengan sikap hormat terhadap kekudusan-Nya, misalnya dengan menyiapkan hati untuk beribadah sungguh-sungguh. Salah satunya adalah dengan mengaku dosa, meminta ampun dan berkomitmen untuk meninggalkan dosa.   

Saudara, mari sejenak kita merenungkan firman yang baru saja kita dengar. Bagaimana kesadaran bahwa Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya mengubah cara kita beribadah dan menjalani hidup setiap hari? Mari kita menghormati Allah dalam setiap aspek kehidupan, sebab Ia adalah Allah yang menetap dan hadir dalam hidup kita. (TH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah