Allah yang Menetap
Allah yang Menetap
Pasal 26 merupakan satu pasal yang
menggambarkan dengan teliti cara pembuatan Kemah Suci yang dikehendaki oleh
Allah. Kemah Suci (kemah pertemuan atau tabernakel) adalah tempat persemayaman
Allah yang diperintahkan untuk dibangun oleh Musa setelah bangsa Israel keluar
dari Mesir. Kemah ini menjadi simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya
dan dirancang agar dapat dibongkar-pasang, sehingga bisa didirikan di mana pun
bangsa Israel berada. Untuk membangun kemah ini, Allah memberikan instruksi
secara detail dan teliti untuk setiap bagiannya.
Pada ayat 1–4 dituliskan tentang kain
penutup kemah, mulai dari bahan dasar kain, warna, ukuran, hingga cara
menyambungkan kain-kain tersebut. Fungsi kain-kain ini melambangkan kekudusan
Allah yang ditandai dengan dan dikhususkan suatu tempat yang akan
digunakan untuk bertemu Allah. Selain itu, kerubim yang disulam pada kain
merupakan simbol malaikat yang bertugas menjagai tempat Kudus Allah. Simbol ini
mengingatkan kita pada kerubim yang menjaga taman Eden setelah manusia jatuh
dalam dosa (Kej. 3:24). Hal ini menunjukkan bahwa manusia yang berdosa tidak
dapat sembarangan masuk ke ruang kudus dan maha kudus dalam kemah itu. Dengan
demikian, ayat 1–4 menunjuk pada sifat Allah yang kudus dan agung, tetapi tidak
menjauhkan diri dari manusia, sehingga Ia merancang suatu tempat agar Dia dapat
hadir untuk berjumpa dengan umat-Nya.
Saudara, perjumpaan dengan Allah selalu
merupakan inisiatif-Nya. Allah mengetahui bahwa manusia menjadi sulit bertemu
dengan-Nya sejak jatuh dalam dosa, seperti ketika masih berada di taman Eden.
Simbol kerubim pada kain penutup kemah adalah tanda perlindungan Allah, agar
manusia tidak mati ketika berhadapan dengan kekudusan-Nya. Solusi Allah untuk
mengatasi keterbatasan manusia itu disempurnakan melalui kehadiran Yesus
Kristus, yang menjadi Imam Besar Agung—Sang Pengantara antara Allah dan
manusia—sehingga kita memiliki akses penuh untuk menghampiri Allah (Ibr.
4:14–15). Salah satu kesempatan untuk berjumpa dengan Allah adalah dalam ruang
ibadah kita saat ini. Ruang-ruang ibadah merupakan tempat yang juga dirancang
oleh Allah (melalui kreativitas manusia) sebagai ruang pertemuan antara
kekudusan dan keterbatasan manusia. Karena itu, mari kita hiasi ruang-ruang
ibadah kita dengan simbol-simbol yang menyadarkan kita akan keberadaan Allah,
sebab Dialah pusat penyembahan kita. Selain itu, mari kita menghampiri Allah
dengan sikap hormat terhadap kekudusan-Nya, misalnya dengan menyiapkan hati
untuk beribadah sungguh-sungguh. Salah satunya adalah dengan mengaku dosa,
meminta ampun dan berkomitmen untuk meninggalkan dosa.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan
firman yang baru saja kita dengar. Bagaimana kesadaran bahwa Allah berdiam di
tengah-tengah umat-Nya mengubah cara kita beribadah dan menjalani hidup setiap
hari? Mari kita menghormati Allah dalam setiap aspek kehidupan, sebab Ia adalah
Allah yang menetap dan hadir dalam hidup kita. (TH)
Komentar
Posting Komentar