Pengalaman Pahit yang Melahirkan Kasih

Sabtu, 6 September 2025
Pengalaman Pahit yang Melahirkan Kasih
Bacaan Alkitab : Keluaran 23:9



Saudara, ayat yang kita baca dan akan renungkan hari ini masih membahas tentang hukum sosial, khususnya larangan menindas orang asing (pendatang). Di sana dijelaskan bahwa, "Janganlah kamu menindas orang asing, karena kamu sendiri tahu bagaimana rasanya hidup sebagai orang asing; sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir."

Saudara, hukum ini diberikan kepada orang Israel agar orang Israel tidak menjadi bangsa yang menindas orang asing dan lemah. Hal ini Karena salah satu kelompok yang rentan untuk ditindas dalam masyarakat Israel saat itu adalah orang asing. Mereka tidak punya tanah, harta warisan, atau perlindungan keluarga. Karena itu, mereka mudah ditindas. Allah mengingatkan Israel bahwa mereka pernah mengalami pahitnya ditindas di Mesir. Maka, pengalaman itu harus membuat mereka berempati dan memperlakukan orang asing dengan kasih dan keadilan.

Saudara, larangan ini tegas dan langsung, kata “menindas” yang dipakai dalam ayat tersebut memiliki arti menekan, menyulitkan, atau memperlakukan dengan kasar. Allah ingin bangsa Israel berbeda dari bangsa-bangsa lain, bukan menindas yang lemah, tetapi melindungi mereka. Karena bangsa Israel sendiri tahu bagaimana rasanya hidup sebagai orang asing. Bangsa Israel tidak hanya tahu secara teori, tetapi merasakan penderitaan sebagai budak di Mesir yang pernah dijajah, namun dibebaskan Allah. Tuhan menekankan pengalaman itu sebagai alasan moral untuk menumbuhkan empati dan belas kasih. Jadi, perintah untuk mengasihi orang asing adalah respons syukur atas karya pembebasan Allah.

Saudara hukum ini juga diberikan kepada kita agar kita juga mengasihi orang asing di sekitar kita. Karena, dalam hidup, setiap orang pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi “orang asing”: tidak dikenal, tidak diterima, bahkan ditolak. Namun, pengalaman penderitaan kita seharusnya melahirkan empati, bukan kekerasan. Tuhan ingin kita membangun kehidupan yang penuh kasih, karena kita tahu bagaimana rasanya tidak dianggap. Oleh karena itu, Tuhan mengajak kita untuk menghadirkan keramahan, pengertian, dan kasih, sebagaimana kita sendiri mendambakan hal itu di saat kita menjadi orang yang ditindas.

Jadi, dari ayat ini kita belajar tiga hal. Pertama, belajar dari pengalaman. Jika kita pernah merasa tidak dianggap, kesepian, atau ditolak, mari gunakan pengalaman itu untuk lebih peka terhadap orang lain. Kedua, memberi ruang bagi yang berbeda. Apabila di sekolah, pekerjaan, atau gereja, ada orang-orang yang dianggap “asing”. Kita dipanggil untuk membuka hati dan menyambut mereka. Ketiga, menjadi saksi kasih Tuhan. Tindakan kecil seperti menyapa, menolong, atau mendengarkan dapat menjadi wujud nyata kasih Kristus bagi sesama.

Saudara, apakah kita sudah menjadi berkat lewat pengalaman kita? Atau justru kita melukai orang karena kita memiliki pengalaman yang pahit. Kiranya dalam anugrah-Nya Tuhan membentuk kita lewat pengalaman kita yang pahit menjadi pribadi yang adil, penuh belas kasih, serta memperlakukan orang dengan baik dan benar. Amin. (RT)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah